Minggu, 08 Maret 2020

Cakupan Pembahasan Konsep Dasar IPS

Cakupan Pembahasan Konsep Dasar IPS






1.       Pengertian dan tujuan Konsep Dasar IPS
2.       Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia
3.       Tujuan Pendidikan IPS
4.       Konsep Dasar IPS
5.       Lingkungan Fisik Wilayah Nusantara&Hubungannya dengan Manusia
6.       Kemajemukan RAS, Etnik&Agama Nusantara
7.       Kebudayaan hindu, Budha dan china
8.       Kebudayaan Barat dan Kebudayaan Islam
9.       Kurikulum IPS di Indonesia
10.     Prinsip-prinsip Pembelajaran IPS 
11.     Model Pembelajaran KDI yang Kreatif, Inovatif dan Menyenangkan

Sumber referensi:


1.      Abdul Aziz Wahab dkk, Konsep Dasar IPS, Jakarta, Universitas Terbuka, mei 2009
2.      Nurshid  Sumaatmadja dkk, Konsep Dasar IPS Jakarta Universitas Terbuka, November   2007
3.      Suprayogi,dkk.2011.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.Semarang:Widya Karya
4.      Ridwan, Efendi dkk.2009. Pengembangan Pendidikan IPS Sekolah Dasar. Jakarta;Ditjen Dikti
5.      Sapriya.2009.Konsep dan Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung:Rosdakarya
Somantri, Nu’man.2001.Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.Bandung;Rosdakarya

Mata Kuliah Praktek Pembelajaran Terpadu


PRAKTEK PEMBELAJARAN TERPADU

Materi Perkuliahan
  1. Hakikat pembelajaran terpadu
  2. Model model pembelajaran terpadu 
  3. Pembelajaran tematik integratif
  4. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu dengan revolusi 4.0 (membuat RPP)
  5. Implementasi pelaksanaan pembelajaran terpadu (Praktik mengajar)

Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu

Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu


       Menurut Wolfinger (dalam Hernawan, 2011: 4.1) terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated learning (pembelajaran terpadu) dan integrated curriculum (kurikulum terpadu). Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata integreted teaching and learning atau integreted curriculum approach. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa maupun kemampuan pengetahuannya (Beans dalam Sa’ud, dkk., 2006: 4).
          Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami (Hernawan, 2011: 1.5). 
            Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin dalam Hernawan, 2011: 1.5). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai: (1) suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak, (2) suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan), dan (3) merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna (Hernawan, 2011: 1.5).
         Selain itu Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya hubungan anatr setiap konsep secara terpadu akan memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalaman nyata.
        Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (William dalam Sa’ud, dkk., 2006: 5). Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dari beberapa kutipan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-konsep yang dipelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu
      Penerapan pembelajaran terpadu disekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2011: 61), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu, holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Sedangkan menurut Hernawan (2011: 1.7) sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa (student centered), (2) memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences), (3) pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes (fleksibel), dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
          Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar biasa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.1.    Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.
2.    BermaknaPengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.3.    OtentikPembelajaran terpadu memungkinkan  siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.4.    AktifPembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikaianpembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut :1.    Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.2.    Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.3.    Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini :1.    Berpusat pada anak (Student Centered)Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang dia butuhkanHal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.2.    Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince)Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelasPembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaranPembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
5.    Bersikap luwes (Fleksibel)Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:1.    Berpusat pada anakPada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu  aktif dalam pembelajaran.Contoh:Guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator, salah satunya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Sehingga kelas lebih terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar. Selain itu, guru dapat berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanaakan praktikum sendiri sesuai dengan arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya. Guru meluruskan konsep yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.2.    OtentikPembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung)  pada konsep dan prisip yang dipelajari.   Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.Contoh:Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari, misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain sebagainya. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas serta memahami materi yang dipelajari.3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelasPembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus. Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan. Sehingga  memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.Contoh:Guru bercerita “Menjenguk Teman yang Sakit”.  “Jam 06.30, Andi pergi ke sekolah. Sebelum berangkat, tidak lupa Andi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Sesampainya disekolah, Andi dan teman-temannya dikejutkan dengan berita bahwa Jery teman sekelasnya tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Jery melanggar peraturan lalu lintas karena ia mengendarai sepeda di sebelah kanan jalan. Andi dan teman-temannya iuran untuk menjenguk Jery. Uang iuran terkumpul Rp.100.000,00. Uang tersebut dibelikan 2 bungkus Roti tawar, masing-masing seharga Rp. 7.500,00. Selain itu membeli buah-buahan : 1 kilogram Apel seharga Rp.20.000,00 dan 2 kilogram jeruk seharga Rp. 30.000,00 dan sisanya ditaruh di dalam amplop untuk diberikan kepada Jery.4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaranPembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.Contoh:Siswa belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode bermain peran. Ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain permain peran tersebut, terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam berinteraksi sebagai penjual dan pembeli terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik (mata belajaran Bahasa Indonesia), materi tentang pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-menawar) termasuk dalam mata pelajaran IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara penjual dan pembeli termasuk dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran tersebut terdapat kebermaknaan antar konsep mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain.5.    Bersikap luwesPembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.Contoh:Guru dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar. Dalam mengaitkan beberapa bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan lingkungan sekitar siswa. Misalnya dalam pelajaran olahraga, siswa sedang bermain bola. Kemudian dalam pembelajaran IPA materi gravitasi bumi, guru membahas kembali kegiatan ketika olah raga. Guru menanyakan mengapa bola dilempar akan jetuh ke tanah?6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anakSiswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Daftar Pustaka
Asep Herry Hernawan, dkk. 2011. Pembelajaran Terpadu di SD.  Jakarta: Universitas Terbuka.
Fida Khoirrun. 2012. Karakteristik Pembelajaran Terpadu. Diunduh dari http://surgailmu-kitapunya.blogspot.com/2012/10/karakteristik-pembelaja ran-terpadu.html pada tanggal 4 Maret 2020.
Niken septiasih. 2011. Pembelajaran Terpadu Di SD. Kebumen : Universitas Sebelas Maret.
Asep Herry Hernawan,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta,Penerbit UT , Cet 15,2011,
Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: UT,2007




Revolusi Industri 4.0 dalam Pendidikan

Revolusi Industri 4.0 dalam Pendidikan

         Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur (Yahya, 2018: 2). Selanjutnya Lee et al (2013: 187) menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: (1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas, (2) munculnya analisis, kemampuan dan kecerdasan bisnis, (3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin, dan (4) perbaikan instruksi digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.
      Revolusi Industri 4.0 merupakan konsekuensi dari kemajuan dari teknologi yang akhirnya menciptakan peradaban manusia. Menurut Komang Budi Aryasa, Head of Research and Big Data PT Telekomunikasi Indonesia dalam majalah Revolusi Industri 4.0, revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap. Revolusi industri 2.0 diawali dengan penemuan alat transportasi kuda dan kendaraan mobil. Revolusi industri 3.0 ditandai dengan ditemukannnya internet. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan big data dan artificial intelligence (kecerdasan buatan). Hermann (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0 yaitu: 
        “Pertama interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kalaborasi, keamanan dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan Salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi: (1) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (2) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; dan keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.”
          Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut Herman di atas dapat disebutkan sebagai berikut: 
a. Bantuan teknis meliputi bantuan virtual dan bantuan fisik, 
b. Interkoneksi meliputi kalaborasi, standar, dan keamanan, 
c. Keputusan yang terdesentralisasi, 
d. Tranparasi informasi meliputi analisis data dan penyediaan informasi.
             Industri 4.0 adalah nama tren dari sistem otomatisasi industri, dimana terdapat pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistim siber fisik, internet untuk segala aktifitas, komputasi kognitif dan aktifitas lain berbasis jaringan. Revolusi industri 4.0 sering pula disebut revolusi industri generasi keempat yang ditandai dengan kemunculan super komputer, robot pintar, kendaraan tanpa awak, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia dapat mengoptimalkan fungsi otak.
           Mengutip penjelasan menteri perindustrian RI Airlangga Hartato tentang apa itu revolusi industri 4.0 dan latar belakang kehadirannya di Indonesia, beliau menjelaskan bahwa sejatinya revolusi industri pertama dimulai sejak jaman pemerintahan Hindia Belanda menduduki tanah air. Saat itu revolusi industri pertama hadir dalam koteks steam engine atau mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan. 
               Revolusi industri kedua ditandai pada saat otomotif general fort membuat line produksinya di Hindia Belanda saat itu. Kala itu Industri otomotif ini berkembang pesat dan mendapat sambutan dari pemerintah Hindia Belanda. Revolusi ketiga diawali tahun 90-an dengan dimulai otomatisasi menjelang globalisasi. Globalisasi yang dikhawatirkan adalah lahirnya digitalisasi. Pada rapat APEC tahun 90-an disebutkan bahwa globalisasi untuk ASEAN bakal dimulai di tahun 2020. Revolusi industri keempat sendiri dimulai dengan revolusi internet, pemanfaatan internet of things  pertama kali dilakukan oleh negara Jerman. Jerman pulalah yang mengglobalkan istilah industri 4.0 ke berbagai belahan dunia.
               Sejak tahun 2011 kita telah memasuki industri 4.0 yang ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi. Pada revolusi industri keempat terjadi lompatan besar teknologi bagi sektor industri dimana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya secara optimal. Tidak hanya dalam proses produksi saja melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru berbasis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.
           Industri nasional hendaknya melakukan pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu sistem industri 4.0 yaitu internet of thingsartificial intelligencehuman machine interface, teknologi robotik dan sensor serta teknologi printing 3D. Lantas apa pengaruhnya revolusi industri 4.0 ini terhadap dunia pendidikan?
           Presiden Joko Widodo meluncurkan gerakan “Making Indonesia 4.0” yang merupakan komitmen pemerintah memasuki era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa pihak mengungkapkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia perlu juga mempersiapkan diri memasuki revolusi 4.0 ini dengan melakukan beberapa perubahan dalam menerapkan metode pembelajaran di sekolah, pertama yang fundamental adalah merubah sifat dan pola pikir anak didik, kedua bisa mengasah dan mengembangkan bakat anak dan yang ketiga lembaga pendidikan harus mampu mengubah model belajar disesuaikan dengan kebutuhan jaman.
Menurut Mendikbud Muhadjir Effendy, bidang pendidikan perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi peserta didik dalam memasuki era revolusi 4.0 ini yaitu :

  1. Memiliki kemampuan berpikir kritis
  2. Memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif
  3. Memiliki kemampuan dan keterampilan berkomunikasi
  4. Bisa bekerjaama dan berkolaborasi
  5. Memiliki kepercayaan diri

              Selain itu agar lulusan pendidikan nantinya bisa kompetitif maka kurikulum memerlukan orientasi baru tidak hanya cukup memahami literasi lama (membaca, menulis dan matematika) tetapi perlu memahami literasi era revolusi industri 4.0 yaitu literasi data dengan kemampuan untuk membaca , menanalisis dan menggunakan informasi di dunia digital. Kedua literasi teknologi dengan cara memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi dan yang ketiga literasi manusia dimana harus sanggup memahami aspek humanities, komunikasi dan desain.
Daftar Pustaka
Yahya, M. (2015). Analisis wawasan kejuruan mahasiswa jurusan pendidikan teknik otomotif Universitas Negeri Makassar. Journal Mekom (Media Komunikasi Pendidikan Kejuruan), 2 (1), 1-9.
Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1), 38–41.
Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on Systems Science