Rabu, 20 November 2019

Materi 5 LP Aliran-Aliran Pendidikan



ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN 


1.    Aliran Nativisme (Aliran Pembawaan)
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer (filsuf jerman 1788-1860). aliran ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung kepada pembawaan, sehingga pengaruh di dunia sekitar sedikit sekali. orang akan menjadi ahli agama, pelukis, guru, dll itu semuanya semata-mata karena pembawaan bukan karena lingkungan/pendidikan.
Istilah Nativisme berasal dari kata “natie” yang berarti terlahir schopnhauler berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk, sehingga para penganut nativisme mengatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya pembawaan buruk dan baik tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan ana juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya factor yang menentukan perkembangan masih banyak factor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Istilah nativisme berasal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor prndidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.[1]
Tokoh aliran Nativisme adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860), dia adalah seorang filsuf yang berkebangsaan Jerman yang sangat dikenal sebagai orang yang pesimis dan pemahamannya terhadap realitas sebagai yang tidak masuk akal.Dia berpendapat bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrat dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau atau pendidikan itulah pribadi seseorang, bukan hasil pendidikan. Tanpa potensi hereditas yang baik, seseorang  tidak mungkin mencapai taraf  yang dikehendaki, meskipun dididik dengan maksimal.[2]Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya, jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna  bagi perkembangan anak itu sendiri.[3]
Contoh dari pandangan nativisme adalah anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtuanya. Misalnya, seorang anak yang berasal dari keluarga ahli seni musik, maka anak tersebut akan berkembang menjadi seniman musik yag mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.
Bertolak dari pemikiran diatas, maka konsep pendidikan Schopenhauer dapat dikemukakan lebih lanjut senagai berikut:
Pertama, berkaitan dengan mendidik. Menurutnya, mendidik adalah tidak lain dari membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Berhasil tidaknya pendidikan tersebut, bergantung kepada tinggi rendahnya jenis pembawaan yang dimiliki anak. Pendidikan menurut aliran ini tidak memiliki kekuatan sama sekali. Dengan demikian, aliran nativisme ini termasuk yang bersifat pesimistis dalam memandang pendidikan, yakni bahwa pendidikan tersebut sebagai yang tidak ada nilainya.
Jika pandangan kaum nativisme tersebut dihubungkan dengan ajaran islam tampak bahwa ajaran tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima. Islam mengakui bahwa setiap manusia memiliki kemampuan jasmani, akal, dan rohani yang dibawanya sejak lahir.Namun, berbagai kemampuan tersebut tidak dapat dengan sendirinya tumbuh dan berkembang jika tidak dilakukan pembinaan.Kemampuan tersebut baru merupakan potensi atau bahan yang masih harus dibentuk.[4]Tentang adanya potensi yang harus dikembangkan dan dibina ini dapat dipahami dari ayat yang artinya: ‘dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Nahl, 16:78).
2.    Aliran Empirisme
yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (factor keturunan) dianggapnya tidak ada. Aliran ini bertolak belakang dengan lockean tradition, yang mementingan stimulasi eksternal dan perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan permbawaan tidak dipentingkan.
Aliran ini dipelopori oleh seorang filsuf inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa”, yakni anak lahir didunia bagaikan kerta putih yang bersih.
Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. hal ini juga banyak mempengaruhi pola piker orang Indonesia, sebagai contoh, banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk tumbuh kearah yang mereka inginkan tanpa menghiraukan bakat, pembawaan, serta cita-cita anak itu sendiri.
Aliran Empiris dipandanga berat sebelah karena hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan.
Namun aliran ini dapat dibenarkan/diperkuat dengan contoh berikut : Ada 2 anak kembar, mereka dianggap mempunyai kesanggupan dan sifat-sifat yang sama.kemudian keduanya dipisahkan semenjak lahirm, yang satu dibesarkan di lingkungan desa dan dididik oleh keluarga petani, yang satu lagi dibesarkan di kota dan dididik oleh keluarga kaya raya.
Bakat dan kesanggupan keduanya juga berbeda yang satu menjadi guru, sedangkan yang satu lagi menjadi saudagar. Yang menyebabkan perbedaan itu adalah pendidikan dan lingkungan yang berbeda tadi. Jadi, kesimpulannya bahwa pendidikan dan lingkungan itu adalah maka kuasa.
Aliran Empirisme atau aliran yang berdasarkan pada pengalaman bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkmbangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.[5] Aliran ini sangan berlawanan dengan aliran nativisme yang  beranggapan bahwa perkembangan manusia tergantung pada faktor bawaan(keturunan) dan bukan dari lingkungan.
Seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1632-1704) mengembangkan sebuah teori yang disebut dengan Teori “Tabula Rasa” yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas kosong (putih) atau meja berlapis  lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Oleh karena itu, kertas kosong tersebut dapat ditulisi sekehendak hati yang menulisnya, dan lingkungan itulah yang menulis kertas kosong tersebut.Menurut teori ini, kepribadian didasarkan pada lingkungan pendidikan yang didapatinya atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata bergantung kepada pendidikan.[6]
Misalnya, ada dua anak lahir kembar, dan dari kecil mereka dipisahkan dan dibesarkan pada lingkungan yang berbeda.Satu dari mereka dididik oleh keluarga yang kaya raya dan disekolahkan di sekolah modern, dan yang satu dididik oleh keluarga miskin di sebuah desa. Ternyata pertumbuhannya tidak sama.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan.Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.[7]
Dalam pandangan Islam, teori empirisme atau behaviorisme yang dikemukakan John Locke tersebut tidak sepenuhnya dapat  diterima. Islam mengakui bahwa lingkungan atau pendidikan memiliki pengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Ibn Miskawaih, Ibn Sina, dan al-Ghazali misalnya mendukung paham tersebut. Para filsuf Islam tersebut misalnya berpendapat, bahwa jika lingkungan atau pendidikan tidak berpengaruh pada pembentukan pribadi manusia, maka kehadiran para Nabi menjadi sia-sia.Kenyataa menunjukkan bahwa dengan kedatangan para Nabi, keadaan masyarakat menjadi berubah dari keadaan yang tersesat menjadi lurus, dari keadaan berbuat zalim menjadi berbuat baik, dari keadaan bodoh menjadi pandai, dari keadaan biadab menjadi beradab dan seterusnya. Nabi Muhammad Saw misalnya menyatakan bahwa ia diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Namun demikian, Islam tidak memutlakkan peran lingkungan atau pendidikan dan menghilangkan peran hidayah Allah Swt. Islam memandang bahwa lingkungan tidak sepenuhnya dapat membentuk orang menjadi baik.Buktinya ada anak seorang Nabi yang tidak menjadi orang yang beriman. Di dalam Al-Qur’an Allah Swt, menyatakan: sesungguhnya  kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al-Qashash, 28:56). Dengan demikian, terlihat dengan jelas bahwa pemikiran pendidikan empirisme atau behaviorisme tidak sepenuhnya dapat diterima dalam ajaran Islam.
3.    Aliran Konvergensi
Tokoh alirna koversi adalah wiliam stem, ia seornag tokoh penduduk jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme.
Aliran ini berpendapat bahwa bahwa anak lahir didunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting, anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik, begitu sebaliknya.
Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan, hanya saja, William stem tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.Karena aliran ini merupakan perpaduan dari aliran sebelumnya, yaitu nativisme dan empirisme. Seorang tokoh pendidikan Jerman bernama William Stern (1871-1939) berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjunya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.[8]
Bakat yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata.Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak berbicara dalam bahasa tertentu.Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Indonesia, dan sebagainya. Kemampuan satu anak dengan anak yang lain (yang tinggal dalam lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan anak-anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.
Di kalangansebagian pemikir Islam ada yang berpendapat , bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah ajaran yang mendukung teori konvergensi. Pendapat ini didasarkan pada hadis Nabi yang artinya: bahwa setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR Baihaqi)
Namun demikian, Islam sesungguhnya lebih tepat dikatakan sebagai penganut paham konvergensi plus, yakni bahwa keberhasilan pendidikan selain disebabkan karena usaha manusia, juga karena hidayah dari Allah Swt. Hal ini dapat dipahami dari QS Al-Waaqi’ah (56) ayat 63-64 yang artinya: maka apakah kamu memerhatikan apa-apa yang kamu tanam? Apakah kamu menumbuhkannya atau kami yang menumbuhkannya?.Dengan berpegangan ayat tersebut, maka Islam menganut paham konvergensi plus, atau konvergensi yang memadukan antara usaha manusia dengan kehendak Tuhan.Hal ini sejalan pula dengan ideology pendidikan Islam yang bercorak humanism theo-centris, yakni ideology yang memahami penggabungan antara usaha manusia dan kehendak Tuhan.
4.    Aliran Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu aliran ilmu jiwa di Amerika. Pelopor aliran ini adalah William james, Thorndike, dan Watson. Menurut Behaviorsme Pendidikan adalah mahakuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek sekehendak hatinya.
Kesimpulannya, behaviorisme menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
5.    Aliran Naturalisme
Aliran ini memiliki persamaan dengan nativisme, dipeolopori oleh seorang filsuf prancis J.J. Rousseau (1712- 1778). Berbeda dengan schoperhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan rossedu juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa mahalam dapat merusak pembawaan anak yang baik itu.
Aliran ini disebut juga negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Namun aliran ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan, karena makin lama pendidikan semakin diperlukan.
6.    Aliran Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman renaissance dengan cirri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Idealism dan realism adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Contoh : seorang wichelm friedrich hegel dan George Santayana.
7.    Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah satu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ni berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan .
Aliran ini meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berfikir, guna mengambangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Oleh karena itu, filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Kesimpulan, progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada Siswa dan Memberi Penekanan lebih besar pada kreativitas,aktivitas belajar “naturalitik”, hasil belajar “dunia nyata” dan juga pengalaman teman sebaya. Tokoh : William James, John Dewey, Hans Vaihinger.
8.    Aliran Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke 20.  Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, selalu, perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Menurut pandangan perenialisme, tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kearah kematangan. Malang dalam arti hidup akalnya, jadi akal inilah yang perlu mendapat tuntutnan kearah kematangan tersebut. Tokoh : Plato, Aristoteles, Thosmas Aquinas
9.    Aliran Rekontruksionisme
Kata rekonstruksionalisme dalam bahasa Inggris “reconstruct” yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Rekonstruksionisme memandang proses dan lembaga pendidikan perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia. Tokoh : Goorge Count dan Harold Rugg.
10.  Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini dibawah oleh Giambatista Vico, seorang epistemology italia. Ia dipandangan sebagai cikal bakal lahirnya konstruksionisme. Aliran ini juga dikembangkan oleh piaget. Ia berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 3 proces dasar yaitu : asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan.2008. Jakarta:PT Rineka Cipta
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. 2012. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. 2009. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Senin, 18 November 2019

Angket penggunaan Bahasa Indonesia bagi mahasiswa

Angket penggunaan Bahasa Indonesia bagi mahasiswa STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung


Terimakasih

Call for Paper

Call for Paper


Berikut akan di paparkan web jurnal yang dapat mempublis artikel dengan waktu publis setahun dua kali, di bulan juni dan desember.
Nama jurnalnya yaitu: Jurnal Cendekiawan

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurnal (Cendekiawan) merupakan kumpulan dari artikel ilmiah hasil penelitian maupun kajian pustaka guru, dosen dan praktisi pendidikan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah dasar.
Artikel yang ditulis untuk jurnal mencakup pendidikan hasil penelitian, pembelajaran, dan layanan publik di prasekolah dan sekolah dasar.
1. Kurikulum pendidikan Sekolah Dasar
2. Metode/strategi pendidikan guru Sekolah Dasar.
3. Media pembelajaran Sekolah Dasar.
4. Pembelajaran Sekolah dasar berbasis IT.
5. Topik lain yang terkait dengan pendidikan Sekolah Dasar.

silahkan klik dibawah ini


Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurnal (Cendekiawan) merupakan kumpulan dari artikel ilmiah hasil penelitian maupun kajian pustaka guru, dosen dan praktisi pendidikan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah dasar. 
Menerima artikel hasil penelitian dalam bidang pendidikan guru sekolah dasar yang belum dipubliskan untuk Vol. 1 No. 2 Desember 2019. Batas akhir pengiriman artikel untuk Vol. 1 No. 2, Desember 2019 (30 November 2019).

Materi 6 PPD Perkembangan Motorik Peserta Didik



Perkembangan Motorik Peserta Didik


A. TAHAPAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan kemampuan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmani yang terkoordinasi antar pusat syaraf, urat syaraf dan otot.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha yang dilakukan si kecil.
Berikut tahapan perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahapan usianya:
1. Perkembangan fisik/motorik usia 0-1 tahun
Transformasi anak dari bayi yang nyaris tidak mempunyai kendala atas gerakan kepala, tangan, tungkai dan badan saat lahir menjadi seseorang yang mungkin mengayunkan langkah pertama di usia 1 tahun adlaah salah satu beda yang paling jelas terlihat dari perkembangan gerakan selama tahun pertama anak. Kemajuan yang luar biasa dalam kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan. Kemajuan yang luar biasa dalam kematangan perkembangan fisik anak akan kita saksikan. Perkembangan diawali dengan gerak reflek sesaat setelah lahir yang akan berubah menjadi gerakan yang disadari. Gerak refleks setelah lahir diperlukan untuk bertahan hidup seperti mengisap, menelan, berkedip, merenggutkan lutut, menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam tangan. Gerakan reflek yang berkurang berguna seperti reflek menggenggam ibu jari kaki dan menggenggam ibu jari tangan secara bertahap akan berkurang dan menghilang sebelum usia 1 tahun karena otak kecil (cerebellum) yang mengendalikan keseimbangan berkembang dengan cepat selama setahun awal kehidupan bayi.

a. Koordinasi Tubuh.
Koordinasi antara kemampuan meraba, melihat, dan mendengar terjadi secara bertahap. - Saat usia lahir sampai satu bulan, kedua tangan bayi masih mengepal - Usia 2 bulan, kepalan tangan bayi sudah mulai membuka - Usia 3 bulan, bayi sudah memiliki kemampuan untuk memegang benda - Usia 4 bulan, bayi sudah dapat bermain dengan kedua tangannya. - Usia 5 bulan, mulai terbentuk koordinasi antara tangan dengan kemampuan melihat (optik). Pada usia, bayi sudah mampu mengarahkan tangannya ke arah benda dan memiliki keinginan untuk menjangkaunya. - Usia 6 bulan bayi sudah mampu memindahkan dan memegang mainan dengan seluruh telapak tangannya . - Usia 7 bulan, bayi sudah dapat memegang benda dengan kedua telapak tangannya. - Usia 9 bulan , bayi gemar melemparkan mainannya. - Usia 10-11 bulan, koordinasi antara jari tangan mulai tampak. Bayi mampu menjepit mainan dengan salah satu tangannya. - Usia 12 bulan, bayi mampu meletakkan benda ke tangan orang lain.

b. Duduk
Kemampuan bayi untuk dapat duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan terjadi pada usia yang sangat bervariasi dibandingkan dengan kemampuan koordinasi. Hal ini tergantung pada temperamen dan berat badan bayi. Kemampuan bayi yang gemuk cenderung lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang ukuran tubuhnya normal. Untuk duduk, bayi memerlukan latihan kekuatan kepala, leher, bahu, dada, dan tubuh. Bayi usia 0-3 bulan , belum mampu untuk mengangkat kepalanya. Kemampuan mengangkat kepala dan bahu terjadi pada usia bayi 4-6 bulan dalam posisi tengkurap. Seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan bayi untuk duduk pada posisi yang lebih sempurna semakin berkembang. Pada usia 6 bulan, bayi sangat senang jika tubuhnya di tarik untuk didudukkan. Pada usia 7 bulan, bayi telah memiliki kemampuan memainkan kakinya. Pada usia 8-9 bulan, bayi mulai belajar mengangkat badan untuk duduk dan sudah mampu duduk dengan bantuan orang lain. Pada usia 10 bulan, bayi sudah mampu duduk karena leher, bahu dan tubuh bayi semakin kuat. Bayi sudah memiliki kemampuan untuk menguasai kepala dan bagian dadanya dengan mantap. Pada usia 11 bulan, bayi sudah mampu duduk bebas dengan keseimbangan yang mantap. Pada usia 12 bulan, bayi telah duduk dengan sempurna.

c. Merangkak
Refleks adalah gerakan naluri dibawah sadar yang akan berubah menjadi gerakan sadar pada saat bayi berusia 3 bulan. Reflek melangkah akan mengawali gerakan merangkak pada bayi. Merangkak merupakan gerakan yang rumit bagi bayi karena memerlukan tenaga dan keseimbangan. Merangkak baru dapat dilakukan jika otot-otot untuk mengangkat kepala sudah kuat dan mampu menopang berat badan dalam keadaan tangan menelungkup di bawah perut. Merangkak baru dapat dilakukan bayi pada usia 8 bulan. Namun, ada kemungkinan beberapa bayi tidak pernah belajar merangkak, tetapi hanya belajar duduk, berdir, dan akhirnya berjalan. Kemampuan bayi untuk dapat merangkak semakin sempurna dengan bertambahnya usia. Berikut ini diuraikan tentang tahap-tahap kemampuan bayi untuk dapat merangkak secara sempurna. Pada usia 9 bulan, bayi mulai dapat merayap. Pada usia 10 bulan, bayi mampu mengayunkan tangan dan lututnya. Kondisi seperti ini merupakan gerakan awal untuk merangkak maju. Pada usia 11 bulan, bayi mulai mampu merangkak dengan kedua tangan dan kedua kakinya. Pada usia 12 bulan, bayi sudah mampu merangkak secara sempurna.

d. Berjalan
Kemampuan bayi untuk dapat berjalan ditentukan oleh semangat dan keberanian bayi serta peran lingkungan sekitarnya. Seperti kemampuan merangkak, kemampuan bayi untuk dapat berjalan mengalami proses. Usia 0-4 bulan, bayi belum mampu berjalan. Namun jika bayi bisa diberdirikan, secara langsung akan mengambil posisi berjalan. Usia 5-6 bulan, bayi akan mengambil alih keseimbangan jika diberdirikan. Artinya ia akan mencoba untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri sejalan dengan matangnya mekanisme urat syaraf sehingga gerakan yang dikendalikan lebih banyak dan lebih baik. Terutama di daerah batang tubuh. Kemudian ke daerah kaki. Perkembangan motorik diteruskan dari sendi, utama ke sendi yang lebih kecil (secara proximodistal) dalam menjangkau suatu benda. Bayi akan menggunakan bahu dan sikunya sebelum menggunakan pergelangan dan jari tangan. Usia 7-8 bulan, bayi akan merasa senang jika kedua lengannya dipegang dan akan berjalan melonjak-lonjak jika diberdirikan. Adat Jawa akan mengabadikan kondisi ini dengan upacara turun tanah (mudun lemah). Usia 11 bulan, bayi sangat senang belajar dengan cara dititah (kedua tangannya dipegang). Usia 12 bulan atau lebih, bayi sudah memiliki keinginan untuk belajar melangkah sendiri tanpa bantuan orang lain. Bayi akan melangkah dari satu orang ke orang lain dengan penuh keceriaan. Pada awalnya, telapak kaki bayi tampak datar. Ketika bayi mulai belajar berdiri dan berjalan, otot-otot kaki akan terlatih dan membentuk lengkungan kaki. Harus diperhatikan bahwa kemampuan berjalan dapat dilakukan bayi jika otot-otot, syaraf, dan tulang telah kuat sempurna. Dalam hal ini, orang tua jangan memaksakan kemampuan bayi untuk dapat berjalan jika fungsi otot-otot, syaraf, dan tulang belum tumbuh dan berkembang secara sempurna. Jika orang tua memaksakan agar anaknya dapat berjalan dengan segera maka kemungkinan munculnya gangguan fisik dapat terjadi.
2. Perkembangan fisik/motorik usia 1-3 tahun
Pada usia saat ini perkembangan motorik anak semakin meningkat dari mampu berjalan “terhuyun-huyun yang belum mantap” menjadi anak yang menguasai berbagai keterampilan fisik yang kompleks, seperti melempar, menangkap, berlari, menjaga keseimbangan, dan menendang. Tentu saja, keterampilan bergeraknya terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya, tetapi selama masa ini, kemampuan fisik tingkat tinggi mulai muncul. Kebanyakan balita cukup konten untuk mencoret-coret dengan krayon di atas kertas (dan hal lain yang kebetulan berada di sekitarnya), untuk tumpukan blok bukan hanya membenturkan mereka bersama-sama, dan menggunakan peralatan ketika makan.
Semua keterampilan ini membutuhkan latihan, jadi pastikan untuk memberikan banyak kesempatan anak Anda untuk melakukannya, dan jangan mengharapkan kesempurnaan dalam hari atau minggu untuk datang. Pada usia 2 tahun Keterampilan motorik kasar benar-benar meningkatkan selama setahun sebagai kekuatan 2-tahun dan koordinasi nyata meningkat. Pada anak usia 2,5 tahun kebanyakan mereka bisa melompat dari tanah dengan kedua kaki, dan pada saat anak mencapai ulang tahun ketiga mereka, mereka biasanya bisa naik sepeda roda tiga dan keseimbangan selama beberapa detik pada satu kaki. Periode antara 2 dan 3 tahun motorik halusnya adalah ketika menulis umumnya menjadi lebih disengaja, dan anak-anak biasanya belajar menggambar (dan mengenali) lingkaran. Pada usia 2 tahun biasanya mampu menanggalkan pakaian mereka sendiri dan bahkan membantu dengan tugas berpakaian.

3. Perkembangan fisik/motorik usia 4-6 tahun
Anak-anak pada usia prasekolah mengkonsolidasikan dan mengalami kemajuan dalam keterampilan fisik yang telah dikembangkannya di tahun-tahun awal. Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat dengan satu kaki, melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan menjaga keseimbangan, sekarang dapa dilakukannya dan dia berusaha melakukan banyak aktivitas. Tentu saja masih diperlukan waktu yang lama sebelum dia mencapai kompetensi total dalam bidang-bidang ini. Tapi dia secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada sebelumnya. Perbedaan dalam kemamuan bergerak antara anak yang baru berjalan dan anak prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik baru ini, baik di rumah, di kelompok bermain, atau di taman.

a. Transformasi fisik
Atasan utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini adalah perubahan fisik yang penting terjadi antara usia 2.5 dan 5 tahun. Tinggi tubuh anak-anak berambah sekitar 8 cm lebih tinggi setiap tahunnya dan berat badannya sertambah sekitar 3 kg. ukuran kepalanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan bagian badan yang lain, dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk mengoordinasi rangkain gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun.

b. Perkembanan gerakan
Keterampilan fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini, anak amat senang menggunakan keterampilan motoriknya yang semakin baik, bakan ketika aktivias itu berbahaya. Banyak orang tua merasa bahwa anak mereka menjadi sedikit pemberani di tahap ini, sebagai hasil dari antusiasme prasekolah yang biasa. Pastikan anak mempunyai banyak peluang untuk menjajaki dengan aman, jadi anak tidak perlu mengambil risiko yang membahayakan dirinya ketika berpetualang dan bergembira. Tempat bermain di luar rumah/sekolah yang dibangun dengan baik dan ayunan dan bagian yang dapat berputar-putar, kerangka untuk dipanjat dan alok untuk melatih keseimbangan badan amat menyenangkan anak dan dapat membantu menjaga rangsanan rasa ingin tahunya dalam keindahannya. Saran ayang dirancang dengan pertimbangan keselamatan anak-anak lebih diutamakan.

B. BENTUK STIMULASI DAN TABELNYA
Pencapaian kemampuan motorik halus (adiftif) anak akan tampak pada usia 2-5 tahun. Berikut tahapan kemampuan sesuai usia yang dapat dimiliki oleh seorang anak:
Usia 0 – 1 tahun => Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks. “Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan hidup,” gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar. Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna. Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju. Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.
Usia 1 - 2 tahun => Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Pada usia ini kemampuan perkembangan motorik halus yang dimiliki pada anak biasanya berupa mencontoh bentuk-bentuk yang melingkar, mampu menyusun dan membangun tugu yang terdiri dari 7 buah balok, memasukan sendok kosong kedalam mulut dengan benar. Sebagian anak juga mampu membuka satu persatu halaman bukunya, memegangi gelas dengan satu tangan. Bahkan ada anak yang dapat menggunting dan melipat kertas sambil bercakap-cakap. Sedangkan cara yang mudah untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar pada usia ini adalah dengan banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain. Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap.
Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat. Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak. Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa).
Usia 3 – 4 tahun => pada usia ini anak mampu membuat garis lurus, menyusun 9 buah balok, memasukan sendok berisi makanan kedalam mulut tanpa banyak yang tumpah. Di usia ini anda dapat mengajarinya menulis. Sebab diantara usia 3,5 – 4,5 tahun, pengendaliaan otot dan jari-jari yang diperlukan untuk menulis simbol-simbol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ-organ bicara yang dibutuhkan untuk perkembangan bahasanya. Selain itu pada usia ini anak dapat menggambar mengikuti bentuk, menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran, membuka menutup kotak, dan menggunting kertas mengikuti pola garis lurus. Dapat menggambar dan mencoret-coret huruf meski dalam bentuk kasar. Mampu mengenakan bajunya sendiri. Selain itu pada usia ini anak dapat menggambar sesuatu yang diketahui, bukan yang dilihat, mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya, menggunting zig zag, melengkung, membentuk dengan lilin, dan menyelesaikan pasel 4 keping. Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik. Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya. Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik. Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.
Usia 4 - 6 tahun => pada usia ini anak mampu melipat kertas menjadi bentuk segitiga, dapat secara tepat menggambar bentuk kotak, huruf, dan angka. Dalam permainan ia sudah bisa menangkap bola kecil dan melemparkannya kembali dengan lebih baik. Bahkan ia sudah bisa berjalan meniti garis lurus. Untuk usia ini anak juga dapat melipat, menggunting sesuai pola, menyusun mainan konstruksi bangunan, mewarnai lebih rapi tidak keluar garis, dan meniru tulisan. Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, pada anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play station.

 Tabel 1
Usia 
Kemp.motorik halus
Bentuk stimulasi


1-2 tahun







Usia 2-3 tahun




Usia 3-4 tahun





Usia 4-6 tahun













      mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
      membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
      menyusun menara dari balok
      memindahkan air dari gelas ke gelas lain
      belajar memakai kaus kaki sendiri
      menyalakan TV dan bermain remote
      belajar mengupas pisang
      mencoret-coret dengan 1 tangan


       menggambar garis tak beraturan
       memegang pensil
       belajar menggunting
mengancingkan baju dan memakai baju sendiri
menggambar manusia


       mencuci tangan sendiri
      membentuk benda dari plastisin
       membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
       menggunting dengan cukup baik
       melipat amplop


membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
memasikkan benang ke lubang besar












       Menjumput kismis
      Berikan buku tulis atau bacaan
       Berikan balok
       Berikan 2 gelas dan air
\   Biarkan anak memakai kaos kaki sendiri
       Memencet tombol TV
       Berikan anak buah pisang
       Berikan anak pensil dan kertas


     Berikan buku gambar dan pensil
       Berikan pensil
       Berikan gunting dan kertas
       Suruh anak mengancing pakaiannya sendiri
       Berikan pensil dan buku gambar


       Perintah anak untuk ke wastafel dan cuci tangan 
       Berikan plastisin
       Berikan anak kertas dan pensil



      Berikan gunting
       Berikan anak kertas lipat
       Berikan anak gelas yang berisi air
       Berikan anak benang dan balok yang berlubang suruh anak memasukan










 C. KARAKTERISTIK ANAK 2-3 TAHUN
           Pentinganya memahami karakteristik anak diusia emas atau usia tumbuh kembang mereka, kita tidak mau seandanyai pada usia-usia seperti ini kita lewatka tanpa hal istimewa. Pada anak usia dini pada umum mempunya karakteristik yang sama khasnya baik secara fisik, psikis, mental, social dan moral. Perlu dipahami sekali lagi bahwa masa anak-anak adalah pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Pengalaman yang dialami anak sangat berpengaruhi sekali pada kehidupan selanjutnya. Pengalaman yang dialami mereka tidak dapat dihapus dan bertahan lama. Beberapa hal yang menjadi alasan penting mengetahui karakteristik anak usia dini. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam masa tahap  perkembangan manusia, usia tersebut merupakan periode diletakkanya dasar struktur kepribadian yang dibangun sepanjang masa.  Pengalaman awal sangat penting sebab dasar awal sebelum bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya. Pengalaman yang pertama cendrung menjadi kebiasaan untuk berikanlah pengalaman yang positif.
Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa dibandingakan dengan sepanjang usianya, bahkan usia 0-8 tahun mengalami 80% perkembangan otak  dibandingkan oleh karena itu perlu simulasi fisik dan mental.
Untuk anak usia 2-6 tahun memiliki karakteristik :
      1.   Berkaitan dengan perkembangan fisik mereka lebih cenderung untuk melakukan aktivitas gerak.
      2.   Perkembangan bahasa juga semakin baik .
3.  Perkembangan kognitif rasa berpikir meningkat ditandai dengan rasa ingin tahu mereka terhadap lingkungan sekitar sangat luar biasa.
            Dengan kita tahu karakteris ini seharusnya kita sudah mengira-ngira program apa yang kita pantas kita berikan untuk anak-anak. Menjadi anak yang pintar secara teoristik dan akademik memang tidak mudah dilakukan akan tetapi semua itu menjadi gampang kita tahu dunia mereka.
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai Berikut:
  a) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
       b)      Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
     c)   Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
   d) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
     e)  Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
     f)  Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.