MAKALAH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TUGAS KULIAH LENGKAP
ALAT PERMAINAN EDUKATIF
A.
Pengertian Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan
Inovatif
Menurut Mayke Sugianto. T dalam Badru Zaman, dkk
(2007: 63) alat permainan edukatif (APE) adalah permainan yang sengaja
dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Sementara Badru Zaman
(2007: 63) menyatakan bahwa APE untuk anak adalah alat permainan yang dirancang untuk
tujuan meningkaan aspek-aspek perkembangan anak.
Sedangkan Adams (1975) berpendapat bahwa
permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk
memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya,
termasuk permainan tradisional dan moderen yang diberi muatan pendidikan dan
pengajaran Atas dasar pengertian itu, permainan yang dirancang untuk memberi
informasi atau menanamkan sikap tertentu, misalnya untuk memupuk semangat
kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk dalam kategori permainan edukatif
karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif (Adams,
1975). Dengan demikian, tidak menjadi soal apakah permainan itu merupakan
permainan asli yang khusus dirancang untuk pendidikan ataukah permainan lama
yang diberi nuansa atau dimanfaaan untuk pendidikan.
Menurut Badru Zaman, dkk (2007: 63) alat
permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ditujukan untuk anak usia .
2. Berfungsi mengembangkan
aspek-aspek perkembangan anak.
3. Dapat digunakan dengan
berbagai cara, bentuk dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau
bermanfaat multiguna.
4. Aman bagi anak.
5. Dirancang untuk mendorong
aktivitas dan kreativitas.
6. Bersifat konstruktif atau ada
sesuatu yang dihasilkan
Sedangkan secara prinsipnya APE meliputi :
1. Mengaktifkan alat indra secara
kombinasi sehingga dapat meningkaan daya serap dan daya ingat anak didik.
2. Mengandung kesesuaian dengan
kenutuhan aspek perkembangan kemampuan dan usia anak didik sehingga tercapai
indikator kemampuan yang harus dimiliki anak.
3. Memiliki kemudahan dalam penggunaannya bagi anak sehingga lebih mudah
terjadi interaksi dan memperkuat tingkat pemahamannya dan daya ingat anak.
4. Membangkian minat sehingga
mendorong anak untuk memainkannya.
5. Memiliki nilai guna sehingga
besar manfaatnya bagi anak.
6. Bersifat efisien dan efektif
sehingga mudah dan murah dalam pengadaan dan penggunaannya.
B.
Konsep Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah sarana
untuk merangsang anak dalam mempelajari sesuatu tanpa anak menyadarinya, baik
menggunakan teknologi moderen, konvensional maupun tradisional. Latar belakang
dibuatnya APE adalah sebagai upaya merangsang kemampuan fisik motorik anak
(aspek psikomotor), kemampuan sosial emosional (aspek afektif) serta kemampuan
kecerdasan (kognisi).
Prinsip-prinsip APE merupakan prinsip
produktifitas, kreatifitas, aktifitas, efektif dan efisien, serta menarik dan
menyenangkan. Dari sudut pandang materinya, APE harus mampu mengembangkan daya
pikir (kognisi), daya cepat, aspek bahasa, motorik dan ketrampilan. Melalui
alat yang digunakan sebagai sarana bermain,sehingga anak diharapkan mampu
mengembangkan fungsi intelegensinya, emosi dan spiritual sehingga muncul
kecerdasan yang melejit.
Alat permainan yang baik diharapkan mampu
menjadi sarana yang dapat mendorong anak bermain bersama, mengembangkan daya fantasi,
multi fungsi, menarik, berukuran besar dan awet, tidak membahayakan,
disesuaikan dengan kebutuhan, desain mudah dan sedrhana, serta bahan-bahan yang
digunakan murah dan mudah diperoleh.
Pembuatan APE yang baik mampu mengembangkan
totalitas kepribadian anak, bukan karena kebagusannya, tetapi karena aspek
kreatifitasnya, sehingga mampu menjadi sarana bermain yang aktif, menarik,
menyenangkan dan bermanfaat
Beberapa fungsi APE antara lain :
1. Mengajar menjadi lebih mudah
dan cepat diterima anak
2.
Melatih konsentrasi anak
3.
Mampu mengatasi keterbatasan waktu dan tempat
4.
Membangkian emosi
5.
Menambah daya ingat
6.
Menjamin atmosfir pembelajaran yang kondusi
Alat permainan
edukatif menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 81) adalah alat permainan yang
dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan mempunyai beberapa
ciri yaitu:
1.
Dapat
dimainkan dengan bermacam-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam
bentuk
2.
Ditujukan
untuk anak-anak dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan
kecerdasan serta motorik anak
3.
Segi
keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan cat
4.
Membuat
anak terlibat secara aktif
5.
Sifatnya
konstruktif
Alat permainan
edukatif dirancang dengan pemikiran yang dalam, karena dengan bermain dengan
alat tersebut anak mampu mengembangakan penalarannya. Jika anak bermain dengan
permainan tersebut ditemui anak yang frustasi atau marah, maka jelas alat
tersebut terlalu sulit bagi anak, sebaiknya alat tersebut disimpan dan menunggu
saat yang tepat untuk dimainkan anak.
Sementara itu
Alat Permainan Edukatif menurut Soetjiningsih (2002) dalam Anayanti Rahmawati
(2014: 387) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak
sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan
aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak.
Pendapat lain
menurut Direktorat Jendral PAUD (2007:4) tentang Alat Permainan Edukatif adalah
segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk
bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan
seluruh kemampuan anak.
Dari beberapa
pengertian tentang alat permainan edukatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus dan
mengandung nilai edukatif yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, serta
untuk mengembangkan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak.
C.
Syarat Alat Permainan Edukatif
Sebelum mengembangkan alat permainan edukatif Badru Zaman (2006: 7)
mengungkapkan beberapa syarat pembuatannya, diantaranya adalah syarat edukatif,
syarat teknis dan syarat estetika.
1.
Syarat
edukatif. Dalam pembuatan alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan
program pendidikan yang berlaku agar pembuatannya dapat membantu tujuan-tujuan
pendidikan.
2.
Syarat
teknis. Persyaratan teknis dalam pembuatan alat permainan edukatif adalah harus
mempertimbangkan pemiliihan bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan
bahan dan lain sebagainya.
3.
Syarat
estetika. Peryaratan ini menyangkun dengan unsur keindahan yang harus dimiliki
alat permainan edukatif. Persyaratan ini sangat penting diperhatikan karena
akan memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk menggunakannya.
D.
Fungsi Peralatan Untuk Kegiatan Kreatif Anak
Memilih mainan untuk anak memang tidak selalu mudah. Karena kalau tidak
teliti dan salah memilih, kita bisa terjebak. Bukannya mendidik, tetapi justru
memanjakan.
Ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian kita sebelum memilih
mainan. Misalnya, apa yang bisa dilakukan anak dengan mainan itu. Apakah mainan
itu mampu melatih ketrampilan fisik serta merangsang aktivitas mentalnya?
Begitu juga soal keamanannya.
Dalam memilih alat dan perlengkapan bermain dan belajar anak untuk kreatif
anak, guru dan orang tua sebaiknya memperhatikan ciri-ciri peralatan yang baik.
Ciri-ciri peralatan yang baik di antaranya:
1.
Desain Mudah dan
Sederhana
Pemilihan alat untuk kegiatan kreativitas anak
sebaiknya memilih yang sederhana dari segi desainnya. Karena jika peralatan
terlalu banyak detail (rumit) akan menghambat kebebasan anak untuk berkreasi.
Yang terpenting adalah alat tersebut tepat dan mengena pada sasaran edukatif,
sehingga anak tidak merasa terbebani oleh kerumitannya.
2.
Multifungsi (Serba
Guna)
Peralatan yang diberikan kepada anak sebaiknya serba
guna, sesuai untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Selain itu, alat
kreativitas juga dapat dibentuk sesuai dengan daya kreativitas dan keinginan
anak.
3.
Menarik
Sebaiknya pilihlah peralatan yang memungkinkan dan
dapat memotivasi anak untuk melakukan berbagai kegiatan serta tidak memerlukan
pengawasan terus-menerus, atau penjelasan panjang lebar mengenai penggunaannya.
Dengan demikian anak akan bebas dengan penuh kesukaan dan kegembiraan dalam
mengekspresikan kegiatan kreatifnya.
4.
Berukuran Besar
Alat kreativitas yang berukuran besar akan memudahkan
anak untuk memegangnya. Anak-anak dalam fase anal biasanya
semua yang dapat dijangkau dan dipegang lalu dimasukkan ke mulutnya. Untuk
menghindari kemungkina yang membahayakan, maka sebaiknya memilih peralatan yang
berukuran besar.
5.
Awet
Biasanya, peralatan yang tahan lama harganya lumayan
mahal. Namun demikian, tidak semua peralatan yang tahan lama harganya lebih
mahal. Ciri dari bahan yang tahan lama adalah tidak pegas, lentur, keras dan
kuat.
6.
Sesuai Kebutuhan
Sedikit banyaknya peralatan yang digunakan tergantung
seberapa banyak kebutuhan anak akan peralatan tersebut.
7.
Tidak Membahayakan
Tingkat keamanan suatu peralatan kreativitas anak
sangat membantu orang tua atau pendidik dalam mengawasi anak. Karena banyak
alat yang dapat menimbulkan kekhawatiran jika anak menggunakannya, seperti;
pisau, cutter, jarum, peralatan kecil, dan lain sebagainya.
8.
Mendorong Anak untuk
Bermain Bersama
Untuk mendorong anak dapat bermain bersama, maka
diperlukan alat yang dapat merangsang kegiatan yang melibaan orang lain. Oleh
karenya, orang tua sebaiknya memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi
dengan teman sebayanya untuk bermain dengan segenap kreativitas positifnya.
Contoh alat yang cukup membantu anak bersosialisasi adalah rumah-rumahan
atau tenda yang sedikitnya dapat menampung minimal dua anak, pistol-pistolan
dan bola.
9.
Mengembangkan Daya
Fantasi
Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan
diubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi anak, karena
memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba dan melatih daya fantasinya.
10. Bukan Karena Kelucuan dan Kebagusannya
Alat-alat yang dipilih sebagai alat pengembangan
kreativitas anak bukan sekedar alat yang bagus atau lucu. Akan tetapi alat
permainan yang mampu mengembangkan intelektualitas, afeksi, dan motorik anak.
11. Bahan Murah dan Mudah Diperoleh
Kebanyakan orang tua lebih menyukai peralatan
kreativitas yang harganya cukup mahal. Karena ada image bahwa
peralatan yang mahal adalah peralatan yang berkualitas dan bagus. Peralatan
yang mahal tersebut dianggap benar-benar dapat meningkaan perkembangan kreativitas
anak.
Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Dengan
membeli peralatan yang sudah jadi, sesungguhnya itu telah mengurangi prosentase
nilai kreativitas. Jika orang tua atau guru yang menciptakannya, anak justru
lebih suka dan lebih tertarik untuk dapat berkarya, membuat sesuatu seperti
yang dilakukan orang tua atau gurunya. Sehingga kreativitas anak memiliki nilai
plus dibanding dengan membeli yang sudah siap pakai.
E.
Jenis-Jenis Program Alat Permainan Edukatif (APE)
Jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh
Maria Montessori (1870-1952). Tujuan dari pendidikan Montessori adalah
perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum dari pada konsep-konsep
mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot
sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang
dirancang khusus. Penekanannya adalah pada jenis latihan yang disesuaikan
dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952).
Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu.
Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual umum dari pada konsep-konsep mata
pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot
sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang
dirancang khusus. Penekanannya adalah pada bagian dari program Head Start
menyeluruh. Head Start merupakan bagian dari program Presiden Lyndon Johnson
dalam memerangi kemiskinan, suatu upaya untuk membuat terobosan memutus
lingkaran kemiskinan.
Idenya adalah memberikan kesempatan kepada anak yang kurang beruntung untuk
memulai sekolah formal dengan keterampilan-keterampilan praakademik dan sosial
yang sama dengan anak kelas menengah. Ciri khasnya, Head Start memasukkan
program pendidikan anak awal yang dirancang untuk meningkaan Program-Program
PenitipanDiadakannya program-program penitipan anak (day-care programs)
terutama untuk menyediakan layanan penitipan untuk orang tua yang bekerja.
Program-program itu bervariasi mulai dari suatu bentuk penitipan bayi di mana
satu orang, dewasa mengasuh beberapa bayi sampai program-program prasekolah
terorganisasikan yang sedikit berbeda dari play group (General Accounting
Office, 1995 Zigler amp Finn-Stevenson, 1989).Play GroupPerbedaan utama antara
program penitipan anak dan play group atau kelompok bermain (nursery schools)
adalah play group sepertinya lebih menyediakan suatu program terencana yang
dirancang untuk membantu perkembangan sosial dan kognitif anak awal. Kebanyakan
program play group di Amerika adalah program setengah-hari, dengan dua atau
tiga guru mensupervisi satu kelas yang terdiri dari 15 sampai 20 peserta didik.
Play group pada umumnya melayani keluarga dengan status sosial menengah
(General Accounting Office, 1995 West et al., 1993 White amp Buka, 1987).
Konsep kunci dalam pendidikan play group adalah pelatihan kesiapan
(readiness training). Anak belajar keterampilan yang diharapkan mempersiapkan
mereka untuk pendidikan formal nantinya, seperti bagaimana mengikuti petunjuk,
tetap berada dalam tugas, bekerja sama dengan orang lain dan menampilkan
kelakuan yang baik. Aanak Peserta didik-peserta didik juga didorong untuk
tumbuh secara emosional dan mengembangkan konsep-diri positip dan meningkaan
keterampilan-keterampilan otot besar dan kecil.
F.
Contoh Alat Permainan Edukatif (APE)
1. Jongki (Alat Tumpuk
Tradisional)
a.
Bahan-Bahan dan Alat
1)
Balok ringan 4x4 sepanjang 50 cm
2)
Patahan gagang sapu kayu
3)
Paku
4)
Kertas pasir
5)
Rotan
6)
Papan
7)
Bambu
b.
Cara Pembuatannya
Balok di bentuk menjadi jengki, kemudian patahan gagang sapu kayu
dikecilkan menjadi penumbuk, papan digunakan sebagai alas jongki, rotan
digunakan sebagai penggerak jongki yang disampingnya di beri paku, kemudian
jongki ini di haluskan dengan menggunakan kertas pasir. Bambu yang masih utuh di potong setinggi 5 cm
untuk digunakan sebagai lesung.
2. Pancingan Ikan Dari Bambu
a.
Bahan-bahan dan alat
1)
Bambu
2)
Ring bawot
3)
Triplek
4)
Lem setan
5)
Pewarna / cat
6)
Benang pancing
7)
Kertas pasir
b.
Cara Pembuatannya
1)
Bambu dipotong sepanjang + 1
meter lalu di raut dan di jadikan pancingan dengan diberikan tali pancing dan
ujungnya diberi besiberani yang dilengkean dengan lem setan.
2)
Triplek di gambar bentuk ikan dan di potong
sehingga membentuk ikan lalu di gosok dengan kertas pasir dan kemudian dicat
sesuai warna kesukaan. Mata ikan diberi reng bawot agar pada saat di pancing
lengket dengan besi berani.
3. Jari-Jari Berkata
a.
Bahan-bahan dan alat
1)
Triplek
2)
Spidol
3)
Gergaji ukir
4)
Perekat/besi
5)
Kertas pasir
b.
Cara pembuatannya
Triplek di gambar bentuk tangan lalu di potong dengan gergaji ukir, lalu di
gosok licin dengan kertas pasir, kemudian ujung-ujung jari di bolongkan agar
bias dimasuikkan kata-kata yang terbuat dari triplek yang dipotong 2x5 cm
dan di gunakan sebagai penghubung antara jari dan kata-kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Basyaruddin, Yosi, dan Abdillah Obid. 2004. Manhaj
pendidikan Anak Muslim. Jakarta Selatan: Mustaqim.
Ismail, Andang . 2007. Education
Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta:
Pilar Media.
Martuti, A.2008. Mengelola PAUD dengan Aneka
Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Musbikin, Imam. 2006. mendidik
anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.