Senin, 02 Desember 2019

Materi PPD 8 Alat Permainan Edukatif (APE)


MAKALAH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TUGAS KULIAH LENGKAP
ALAT PERMAINAN EDUKATIF


A.    Pengertian Alat Pendidikan Edukatif, Kreatif dan Inovatif
Menurut Mayke Sugianto. T dalam Badru Zaman, dkk (2007: 63) alat permainan edukatif (APE) adalah permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Sementara Badru Zaman (2007: 63) menyatakan bahwa APE untuk anak  adalah alat permainan yang dirancang untuk tujuan meningkaan aspek-aspek perkembangan anak.
Sedangkan Adams (1975) berpendapat bahwa permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya, termasuk permainan tradisional dan moderen yang diberi muatan pendidikan dan pengajaran Atas dasar pengertian itu, permainan yang dirancang untuk memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu, misalnya untuk memupuk semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk dalam kategori permainan edukatif karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif (Adams, 1975). Dengan demikian, tidak menjadi soal apakah permainan itu merupakan permainan asli yang khusus dirancang untuk pendidikan ataukah permainan lama yang diberi nuansa atau dimanfaaan untuk pendidikan.
Menurut Badru Zaman, dkk (2007: 63) alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak  jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
     1.      Ditujukan untuk anak usia .
     2.      Berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.
     3.      Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna.
     4.      Aman bagi anak.
     5.      Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas.
    6.      Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan
Sedangkan secara prinsipnya APE meliputi :
    1.      Mengaktifkan alat indra secara kombinasi sehingga dapat meningkaan daya serap dan daya ingat anak didik.
     2.      Mengandung kesesuaian dengan kenutuhan aspek perkembangan kemampuan dan usia anak didik sehingga tercapai indikator kemampuan yang harus dimiliki anak.
    3.      Memiliki kemudahan dalam penggunaannya bagi anak sehingga lebih mudah terjadi interaksi dan memperkuat tingkat pemahamannya dan daya ingat anak.
    4.      Membangkian minat sehingga mendorong anak untuk memainkannya.
    5.      Memiliki nilai guna sehingga besar manfaatnya bagi anak.
    6.      Bersifat efisien dan efektif sehingga mudah dan murah dalam pengadaan dan penggunaannya.
B.     Konsep Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah sarana untuk merangsang anak dalam mempelajari sesuatu tanpa anak menyadarinya, baik menggunakan teknologi moderen, konvensional maupun tradisional. Latar belakang dibuatnya APE adalah sebagai upaya merangsang kemampuan fisik motorik anak (aspek psikomotor), kemampuan sosial emosional (aspek afektif) serta kemampuan kecerdasan (kognisi).
Prinsip-prinsip APE merupakan prinsip produktifitas, kreatifitas, aktifitas, efektif dan efisien, serta menarik dan menyenangkan. Dari sudut pandang materinya, APE harus mampu mengembangkan daya pikir (kognisi), daya cepat, aspek bahasa, motorik dan ketrampilan. Melalui alat yang digunakan sebagai sarana bermain,sehingga anak diharapkan mampu mengembangkan fungsi intelegensinya, emosi dan spiritual sehingga muncul kecerdasan yang melejit.
Alat permainan yang baik diharapkan mampu menjadi sarana yang dapat mendorong anak bermain bersama, mengembangkan daya fantasi, multi fungsi, menarik, berukuran besar dan awet, tidak membahayakan, disesuaikan dengan kebutuhan, desain mudah dan sedrhana, serta bahan-bahan yang digunakan murah dan mudah diperoleh.
Pembuatan APE yang baik mampu mengembangkan totalitas kepribadian anak, bukan karena kebagusannya, tetapi karena aspek kreatifitasnya, sehingga mampu menjadi sarana bermain yang aktif, menarik, menyenangkan dan bermanfaat
Beberapa fungsi APE antara lain :
1.      Mengajar menjadi lebih mudah dan cepat diterima anak
2.      Melatih konsentrasi anak
3.      Mampu mengatasi keterbatasan waktu dan tempat
4.      Membangkian emosi
5.      Menambah daya ingat
6.      Menjamin atmosfir pembelajaran yang kondusi
Alat permainan edukatif menurut Mayke S. Tedjasaputra (2005: 81) adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan mempunyai beberapa ciri yaitu:
1.      Dapat dimainkan dengan bermacam-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk
2.      Ditujukan untuk anak-anak dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak
3.      Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan cat
4.      Membuat anak terlibat secara aktif
5.      Sifatnya konstruktif
Alat permainan edukatif dirancang dengan pemikiran yang dalam, karena dengan bermain dengan alat tersebut anak mampu mengembangakan penalarannya. Jika anak bermain dengan permainan tersebut ditemui anak yang frustasi atau marah, maka jelas alat tersebut terlalu sulit bagi anak, sebaiknya alat tersebut disimpan dan menunggu saat yang tepat untuk dimainkan anak.
Sementara itu Alat Permainan Edukatif menurut Soetjiningsih (2002) dalam Anayanti Rahmawati (2014: 387) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak.
Pendapat lain menurut Direktorat Jendral PAUD (2007:4) tentang Alat Permainan Edukatif adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak.
Dari beberapa pengertian tentang alat permainan edukatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus dan mengandung nilai edukatif yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, serta untuk mengembangkan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak.
C.    Syarat Alat Permainan Edukatif
Sebelum mengembangkan alat permainan edukatif Badru Zaman (2006: 7) mengungkapkan beberapa syarat pembuatannya, diantaranya adalah syarat edukatif, syarat teknis dan syarat estetika.
1.      Syarat edukatif. Dalam pembuatan alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan program pendidikan yang berlaku agar pembuatannya dapat membantu tujuan-tujuan pendidikan.
2.      Syarat teknis. Persyaratan teknis dalam pembuatan alat permainan edukatif adalah harus mempertimbangkan pemiliihan bahan, kualitas bahan, pemilihan warna, kekuatan bahan dan lain sebagainya.
3.      Syarat estetika. Peryaratan ini menyangkun dengan unsur keindahan yang harus dimiliki alat permainan edukatif. Persyaratan ini sangat penting diperhatikan karena akan memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk menggunakannya.
D.    Fungsi Peralatan Untuk Kegiatan Kreatif Anak
Memilih mainan untuk anak memang tidak selalu mudah. Karena kalau tidak teliti dan salah memilih, kita bisa terjebak. Bukannya mendidik, tetapi justru memanjakan.
Ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian kita sebelum memilih mainan. Misalnya, apa yang bisa dilakukan anak dengan mainan itu. Apakah mainan itu mampu melatih ketrampilan fisik serta merangsang aktivitas mentalnya? Begitu juga soal keamanannya.
Dalam memilih alat dan perlengkapan bermain dan belajar anak untuk kreatif anak, guru dan orang tua sebaiknya memperhatikan ciri-ciri peralatan yang baik. Ciri-ciri peralatan yang baik di antaranya:
     1.      Desain Mudah dan Sederhana
Pemilihan alat untuk kegiatan kreativitas anak sebaiknya memilih yang sederhana dari segi desainnya. Karena jika peralatan terlalu banyak detail (rumit) akan menghambat kebebasan anak untuk berkreasi. Yang terpenting adalah alat tersebut tepat dan mengena pada sasaran edukatif, sehingga anak tidak merasa terbebani oleh kerumitannya.
    2.      Multifungsi (Serba Guna)
Peralatan yang diberikan kepada anak sebaiknya serba guna, sesuai untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Selain itu, alat kreativitas juga dapat dibentuk sesuai dengan daya kreativitas dan keinginan anak.
   3.      Menarik
Sebaiknya pilihlah peralatan yang memungkinkan dan dapat memotivasi anak untuk melakukan berbagai kegiatan serta tidak memerlukan pengawasan terus-menerus, atau penjelasan panjang lebar mengenai penggunaannya. Dengan demikian anak akan bebas dengan penuh kesukaan dan kegembiraan dalam mengekspresikan kegiatan kreatifnya.
    4.      Berukuran Besar
Alat kreativitas yang berukuran besar akan memudahkan anak untuk memegangnya. Anak-anak dalam fase anal  biasanya semua yang dapat dijangkau dan dipegang lalu dimasukkan ke mulutnya. Untuk menghindari kemungkina yang membahayakan, maka sebaiknya memilih peralatan yang berukuran besar.
    5.      Awet
Biasanya, peralatan yang tahan lama harganya lumayan mahal. Namun demikian, tidak semua peralatan yang tahan lama harganya lebih mahal. Ciri dari bahan yang tahan lama adalah tidak pegas, lentur, keras dan kuat.
   6.      Sesuai Kebutuhan
Sedikit banyaknya peralatan yang digunakan tergantung seberapa banyak kebutuhan anak akan peralatan tersebut.
    7.      Tidak Membahayakan
Tingkat keamanan suatu peralatan kreativitas anak sangat membantu orang tua atau pendidik dalam mengawasi anak. Karena banyak alat yang dapat menimbulkan kekhawatiran jika anak menggunakannya, seperti; pisau, cutter, jarum, peralatan kecil, dan lain sebagainya.
   8.      Mendorong Anak untuk Bermain Bersama
Untuk mendorong anak dapat bermain bersama, maka diperlukan alat yang dapat merangsang kegiatan yang melibaan orang lain. Oleh karenya, orang tua sebaiknya memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya untuk bermain dengan segenap kreativitas positifnya. Contoh alat yang cukup membantu  anak bersosialisasi adalah rumah-rumahan atau tenda yang sedikitnya dapat menampung minimal dua anak, pistol-pistolan dan bola. 
   9.      Mengembangkan Daya Fantasi
Alat permainan yang sifatnya mudah dibentuk dan diubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi anak, karena memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba dan melatih daya fantasinya.
  10.  Bukan Karena Kelucuan dan Kebagusannya
Alat-alat yang dipilih sebagai alat pengembangan kreativitas anak bukan sekedar alat yang bagus atau lucu. Akan tetapi alat permainan yang mampu mengembangkan intelektualitas, afeksi, dan motorik anak.
  11.  Bahan Murah dan Mudah Diperoleh
Kebanyakan orang tua lebih menyukai peralatan kreativitas yang harganya cukup mahal. Karena ada image bahwa peralatan yang mahal adalah peralatan yang berkualitas dan bagus. Peralatan yang mahal tersebut dianggap benar-benar dapat meningkaan perkembangan kreativitas anak.
Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Dengan membeli peralatan yang sudah jadi, sesungguhnya itu telah mengurangi prosentase nilai kreativitas. Jika orang tua atau guru yang menciptakannya, anak justru lebih suka dan lebih tertarik untuk dapat berkarya, membuat sesuatu seperti yang dilakukan orang tua atau gurunya. Sehingga kreativitas anak memiliki nilai plus dibanding dengan membeli yang sudah siap pakai.
E.     Jenis-Jenis Program Alat Permainan Edukatif (APE)
Jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952). Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum dari pada konsep-konsep mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang dirancang khusus. Penekanannya adalah pada jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952).
Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum dari pada konsep-konsep mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang dirancang khusus. Penekanannya adalah pada bagian dari program Head Start menyeluruh. Head Start merupakan bagian dari program Presiden Lyndon Johnson dalam memerangi kemiskinan, suatu upaya untuk membuat terobosan memutus lingkaran kemiskinan.
Idenya adalah memberikan kesempatan kepada anak yang kurang beruntung untuk memulai sekolah formal dengan keterampilan-keterampilan praakademik dan sosial yang sama dengan anak kelas menengah. Ciri khasnya, Head Start memasukkan program pendidikan anak awal yang dirancang untuk meningkaan Program-Program PenitipanDiadakannya program-program penitipan anak (day-care programs) terutama untuk menyediakan layanan penitipan untuk orang tua yang bekerja. Program-program itu bervariasi mulai dari suatu bentuk penitipan bayi di mana satu orang, dewasa mengasuh beberapa bayi sampai program-program prasekolah terorganisasikan yang sedikit berbeda dari play group (General Accounting Office, 1995 Zigler amp Finn-Stevenson, 1989).Play GroupPerbedaan utama antara program penitipan anak dan play group atau kelompok bermain (nursery schools) adalah play group sepertinya lebih menyediakan suatu program terencana yang dirancang untuk membantu perkembangan sosial dan kognitif anak awal. Kebanyakan program play group di Amerika adalah program setengah-hari, dengan dua atau tiga guru mensupervisi satu kelas yang terdiri dari 15 sampai 20 peserta didik. Play group pada umumnya melayani keluarga dengan status sosial menengah (General Accounting Office, 1995 West et al., 1993 White amp Buka, 1987).
Konsep kunci dalam pendidikan play group adalah pelatihan kesiapan (readiness training). Anak belajar keterampilan yang diharapkan mempersiapkan mereka untuk pendidikan formal nantinya, seperti bagaimana mengikuti petunjuk, tetap berada dalam tugas, bekerja sama dengan orang lain dan menampilkan kelakuan yang baik. Aanak Peserta didik-peserta didik juga didorong untuk tumbuh secara emosional dan mengembangkan konsep-diri positip dan meningkaan keterampilan-keterampilan otot besar dan kecil. 
F.     Contoh Alat Permainan Edukatif (APE)
1.      Jongki (Alat Tumpuk Tradisional)
a.       Bahan-Bahan dan Alat
1)      Balok ringan 4x4 sepanjang 50 cm
2)      Patahan  gagang sapu kayu
3)      Paku
4)      Kertas pasir
5)      Rotan
6)      Papan
7)      Bambu
b.      Cara Pembuatannya
Balok di bentuk menjadi jengki, kemudian patahan gagang sapu kayu dikecilkan menjadi penumbuk, papan digunakan sebagai alas jongki, rotan digunakan sebagai penggerak jongki yang disampingnya di beri paku, kemudian jongki ini di haluskan dengan menggunakan kertas pasir. Bambu yang masih utuh di potong setinggi 5 cm untuk digunakan sebagai lesung.
2.      Pancingan Ikan Dari Bambu
a.       Bahan-bahan dan alat
1)      Bambu
2)      Ring bawot
3)      Triplek
4)      Lem setan
5)      Pewarna / cat
6)      Benang pancing
7)      Kertas pasir
b.      Cara Pembuatannya
1)      Bambu dipotong sepanjang + 1 meter lalu di raut dan di jadikan pancingan dengan diberikan tali pancing dan ujungnya diberi besiberani yang dilengkean dengan lem setan.
2)      Triplek di gambar bentuk ikan dan di potong sehingga membentuk ikan lalu di gosok dengan kertas pasir dan kemudian dicat sesuai warna kesukaan. Mata ikan diberi reng bawot agar pada saat di pancing lengket dengan besi berani.
3.      Jari-Jari Berkata
a.       Bahan-bahan dan alat
1)      Triplek
2)      Spidol
3)      Gergaji ukir
4)      Perekat/besi
5)      Kertas pasir
b.      Cara pembuatannya
Triplek di gambar bentuk tangan lalu di potong dengan gergaji ukir, lalu di gosok licin dengan kertas pasir, kemudian ujung-ujung jari di bolongkan agar bias dimasuikkan  kata-kata yang terbuat dari triplek yang dipotong 2x5 cm dan di gunakan sebagai penghubung antara jari dan kata-kata tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Basyaruddin, Yosi, dan Abdillah Obid. 2004. Manhaj pendidikan Anak Muslim. Jakarta Selatan: Mustaqim.
Ismail, Andang . 2007. Education Games: Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Martuti, A.2008. Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Musbikin, Imam. 2006. mendidik anak kreatif ala einstein. Yogyakarta: Pustaka pelajar.