Senin, 23 Desember 2019

materi 11 PPD Masa Lanjut Usia

MASA LANJUT USIA

A.    Definisi Masa Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban daripada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
Menurut Bernice Neugarten (1968), masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Di samping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun; lanjut usia (elderly) 60-74 tahun; lanjut usia tua (old) 75-90 tahun; dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.
B.     Teori-Teori Tentang Penuaan
1.      Teori Biologis
Teori-teori biologis tentang penuaan terbagi menjadi dua, antara lain: teori-teori mikrobiologi dan teori-teori makrobiologi. Teori-teori mikrobiologi mengenai penuaan (microbiological theories of aging) melihat ke dalam sel-sel tubuh untuk menjelaskan penuaan. Label mikro digunakan karena sel merupakan unit analisis yang sangat kecil.
Teori-teori makrobiologi mengenai penuaan (macrobiological theories of aging) mempelajari kehidupan pada tingkat analisis yang lebih global dibanding sel. Makro mengarah pada sesuatu yang besar dan tingkat analisis yang lebih global. Beberapa teori mikrobiologi dan makrobiologi menghubungkan penuaan dengan keusangan tubuh, teori lainnya menghubungkan dengan waktu biologis (biological clock) dalam tubuh. Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.      Teori Stokastik/Stochastic Theories
Menurut teori ini, penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari:
Error Theory. Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintesa DNA. Kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong ke arah sistem yang tidak berfungsi di tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian.
Teori Radikal Bebas/Free Radical Theor. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya (Christiansen dan Grzybowski, 1993). Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar (Hayflick, 1987), secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.
Cross-Linkage Theory. Teori ini seperti protein yang metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi sampah di dalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien.
Wear and Tear Theory. Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan.
b.      Teori Non-Stokastik/Non-Stochastic Theories
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu
Programmed Theory. Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali.
Immunity Theory. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh mengalami perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Di lain pihak, sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.
2.      Teori Kejiwaan Sosial
a.       Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.
b.      Kepribadian Lanjut (Continuity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personaliti yang dimilikinya.
c.       Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
3.      Teori Lingkungan
a.       Exposure Theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
b.      Radiant Theory: Radiasi sinar y, sinar x dan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
c.       Polution Theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
d.      Stress Theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.
C.    Ciri-Ciri Masa Lanjut Usia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 : 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
1.      Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2.      Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
3.      Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4.      Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
D.    Tugas-Tugas Perkembangan Masa Lanjut Usia
Masa lanjut usia bukan berarti bebas dari tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas perkembangan itu adalah:
1.      Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
2.      Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan.
3.      Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya.
4.      Menjadi anggota kelompok sebaya.
5.      Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai warga negara.
6.      Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
7.      Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel. (Izzaty, 2008 : 165)
E.     Kondisi Lanjut Usia
Di Indonesia hal-hal yang terkait dengan lanjut usia diatur dalam suatu Undang-undang yaitu Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
Meningkatnya kondisi sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, perbaikan gizi serta meningkatnya pendidikan berdampak pada meningkatnya rata-rata umur harapan hidup penduduk. Umur penduduk mengalami peningkatan. Bila pada masa lalu umumnya penduduk meninggal rata-rata pada usia 55 tahun, kini angka itu terus menerus meningkat, hal ini berpengaruh pada meningkatnya jumlah penduduk.
Keberadaan lanjut usia awalnya menjadi garapan ilmu kedokteran yang memang sangat besar peranannya dalam membawa lanjut usai menjadi sehat dengan mempengaruhi proses fisiologisnya sehingga memperpanjang hidup seseorang. Namun kemudian banyak ilmuan dari berbagai bidang dan disiplin ilmu yang tertarik untuk mengkaji masalah lanjut usia, lebih-lebih di negara maju. Berkaitan dengan ini muncullah Gerontologi, yiatu suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses ketuaan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku, lingkungan, dan lain-lain (DEPKES RI, 1998). Adapun aspek-aspek dalam Gerontologi yang spesifik dan penting yaitu aspek biologik, psikologik, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Di bidang kesehatan muncul Geriatri yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang memusatkan pada proses penuaan dan hubungan antara usia dengan kondisi kesehatan. ( Izzaty, 2008 : 166)
F.     Kondisi Fisik
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tak terhindarkan. Semua makhluk hidup di dunia memiliki siklus kehidupan yang diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase progresif. Fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dialami dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi menurun fungsinya karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan dengan terjadinya pemulihan. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokhemis pada jaringan tubuh, dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Proses dan kecepatan kemunduran ini sangat berbeda untuk masing-masing individu. Disamping itu masing-masing organ mengalami proses dan kecepatan kemunduran atau kerusakan secara berbeda pula antara organ yang satu dengan yang lain.
Secara biologis, proses penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap serangan panyakit yang dapat menyebabkan kematian (Atchely dalam Weeks, 1998). Hal ini menurut Kartari (1993) disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Tidak tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau sangat dingin karena menurunnya fungsi pembuluh darah pada kulit. Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan menjadi sulit. Lebih cepat capai dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan dibanding dengan orang yang lebih muda. Meskipun kemampuan fisik menurun, sebagian besar lanjur usia sehat dan aktif. Kondisi ini banyak dibantu oleh kemajuan bidang pengobatan modern, berbusana, yang memungkinkan pria dan wanita lanjut usia berpenampilan, bertindak, dan berperan lebih muda.
Pada masa ini terjadi penurunan dalam fungsi penglihatan, pada objek dengan tingkat penerangan yang rendah, juga menurunnya sensitivitas terhadap warna. Penglihatan jarak jauh berkurang disebabkan karena elastisitas lensa mata yang berkurang. Kemampuan pendengaran juga berkurang sebagai akibat berhentinya pertumbuhan syaraf. Fungsi alat perasa juga menurun sebagai akibat dari berhentinya oertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi. Berhentinya syaraf perasa ini terus-menerus sejalan dengan bertambahnya usia. Kemampuan penciuman juga menurun sejalan dengan bertambahnya usia seseorang. Indera peraba mengalami penurunan kepekaan karena kulit semakin kering dan keras. Ketahanan terhadap rasa sakitjuga menurun terutama di bagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.
Departemen Kesehatan RI (1998) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain:
1.      Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap
2.      Rambut mulai beruban dan menjadi putih
3.      Gigi mulai tanggal
4.      Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang,
5.      Mulai Lelah
6.      Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, dan
7.      Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul. (Izzaty, 2008 : 166)
Pemaparan lebih lanjut dari perubahan kodisi fisik yang terjadi pada masa lanjut usia antara lain sebagai berikut:
1.      Perubahan fisik
Perubahan fisik yang dialami oleh dewasa akhir atau usia lanjut terjadi dengan ditandai dengan menurunnya dan memburuknya fungsi dan keadaan fisik. Perubahan ini pasti terjadi pada usia lanjut hanya saja berbeda untuk setiap individu. Perubahan penampilan pada usia lanjut sangat terlihat dari wajah individu, wajah akan mulai mengendor dan memunculkan ciri penuaan lainnya. Selain pada wajah perubahan secara fisik juga dapat dilihat dari individu yang kulit nampak keriput dan otot terlihat.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa akhir, pada umumnya terjadi pada penurunan beberapa fungsi organ tubuh seperti menurunnya kemampuan otak dan sistem syaraf, yang meliputi; hilangnya sejumlah neuron yang merupakan unit-unit sel dasar dari sistem syaraf, serta kemampuan otak yang semakin menurun, dan melemahnya daya ingat, seperti:
a.       Daya ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from memory). Dalam hal ini adalah sangat penting untuk menjaga agar memori itu tetap eksis dan karenanya perlu digunakan secara terus-menerus dan jangan dibuat menganggur atau diistirahatkan. Untuk itu membaca, mendengar berbagai berita, atau ceritera melalui berbagai media sangat penting bagi lansia. Namun bagi lansia yang “mengistirahatkan diri,” atau dipaksa untuk istirahat tanpa kegiatan apapun, tidak mau membaca koran, maunya ongkang-ongkang kaki, enak-enak, apalagi sambil merenungi nasibnya diyakini akan semakin mempercepat kemunduran fungsi ingatan dan fungsi mentalnya. Hal semacam ini menjadi bahaya bagi lansia, karena hal-hal lain pun mengalami kemunduran secara cepat.
b.      Intelegensia dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi (Hochanadel and Kaplan, 1984 dalam Strub and Black, 1992). Untuk mengendalikan hal ini, maka sebaiknya orang walaupun dalam kondisi lansia, juga tetap mempertahankan cara belajar. Hal itu bukan harus mengulang-ulang belajar seperti anak sekolah, namun perlu melakukan latihan-latihan untuk mengasah otak, seperti memecahkan masalah yang sederhana, tetap menggerakkan anggota tubuh secara wajar, mengenal tulisan-tulisan, angka-angka, simbol-simbol, dan sebagainya. Tidak hanya mengalami perubahan pada otak dan sistem syarafnya saja, pada usia dewasa akhir terjadi beberapa perubahan pada sensori fisik yang juga berperan penting dalam kehidupannya yang melibatkan indera penglihatan, indra pendengaran, indera perasa, indra pencium dan indera peraba.
c.       Indera penglihatan. Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan rendah dan menurunnya sensitivitas terhadap warna. Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbyopia atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas, yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang.
d.      Indera pendengaran. Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada yang sangat tinggi, sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga (cochlea), walaupun mereka pada umumnya tetap dapat mendengar pada suara yang lebih rendah daripada nada C sejelas orang yang lebih muda. Menurut Hurlock pria cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan wanita.
e.       Indera Perasa. Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi. Syaraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya usia.
f.        Indera Penciuman. Daya penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian karena oleh pertumbuhan sel dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya buku rambut di lobang hidung.
g.      Indera Peraba. Karena kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba di kulit semakin kurang peka.
Ciri-ciri atau perubahan penuaan fisik di antara sebagai berikut.
a.       Daerah kepala.
1)      Hidung menjulur lemas
2)      Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau harus memakai gigi palsu
3)      Mata kelihatan pudar, tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan
4)      Dagu berlipat 2 atau 3
5)      Pipi berkerut, longgar dan bergelombang
6)      Kulit berkerut dan kering, berbintik hitam, banyak tai lalat atau di tumbuhi kutil
7)      Rambut mernipis, berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku
8)      Tumbuh rambut halus pada hidung, telinga dan alis.
b.      Daerah tubuh
1)      Bahu membungkuk dan nampak kecil
2)      Perut membesar dan membuncit
3)      Pinggul tampak mengendor dan lebih lebar di bandingkan dengan waktu sebelumnya
4)      Garis pinggang melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap
c.       Daerah persendian
1)      Panggal tangan menjadi kendor dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengkerut.
2)      Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol, terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki.
3)      Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol.
4)      Kaki membesar karena otot-otot mengendor, timbul benjolan-benjolan, ibu jari kaki membengkak dan bisa meradang serta sering timbul kelosis.
5)      Kuku tangan dan kaki menebal mengeras dan mengapur.
2.      Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru menurun antara usia 20 dan 80 tahun, sekalipun tanpa penyakit (Fozard, 1992). Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang-orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.
3.      Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan dalam kemampuan seksualitas manusia, Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, maupun faktor psikologis. Hasil ini dapat terjadi karena faktor fisik seperti sering sakit-sakitan, nyeri sendi, atau kencing manis, akan berdampak pada aspek psikologis berupa rasa cemas, tidak bersemangat, sulit konsentrasi dan lain sebagainya.
G.    Fungsi Kognitif
Pada masa ini respon neurologis mengalami penurunan dan mempengaruhi menurunnya kemampuan belajar dan mengingat. Di masyarakat muncul pendapat bahwa kemampuan kognitif seperti misalnya belajar, mengingat dan kecerdasan akan menurun sebanding dengan bertambahnya umur seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, setiap individu cenderung meningkat penurunan responnya secara bertahap.
Waktu reaksi adalah melibatkan satu ukuran waktu yang telah berlalu antara munculnya tanda dan mulainya gerakan merespon. Hodgkins (1962) pernah melakukan sebuah uji coba mengenai waktu reaksi, dimana 400 wanita usia 6-84 tahun dites dengan cara melepas kunci ketika lampu menyala. Hasilnya adalah;
1.      Kemampuan meningkat sampai usia 20 tahun.
2.      Konstan sampai pertengahan 20 tahun.
3.      Menurun sekitar 25% dari pertengahan 20 tahun sampai 60 tahun.
4.      Menurun sekitar 43% ketika di atas 60 tahun.
Departemen Kesehatan RI (1998) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai dengan kemunduran kognitif, antara lain:
1.      Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik.
2.      Ingatan terhadap masa lalu lebih baik dari pada yang baru terjadi, nama merupakan hal pertama yang dilupakan.
3.      Orientasi umum dan persepsi akan waktu dan ruang/tempat mundur
4.      Meskipun sudah banyak pengalaman, namun biasanya skor intelegensi menurun.
5.      Tidak mudah menerima hal/ide baru.
Pemaparan lebih lanjut tentang perubahan kemampuan kognitif masa lanjut usia adalah sebagai berikut:
1.      Penurunan Intelektual
Mengenai penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence = yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence = yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Pendapat tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987) dan K Warner Schaie (1984), karena metode yang digunakan Horn adalah cross-sectional, sehingga factor individual differences tidak diperhatikan, padahal mungkin akan sangat berpengaruh, sehingga kalaupun ditemukan perbedaan antara subjek yang berusia 40 tahun dengan subjek yang berusia 70 tahun, mungkin bukan karena faktor usia, melainkan kesempatan memperoleh pendidikan, misalnya.
Schaie sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie kembali mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.
2.      Kecepatan Memproses, Mengingat, dan Memecahkan Masalah
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam pemecahan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
H.    Kondisi Mental
1.      Belajar
Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan orang yang lebih muda.
2.      Berpikir dan memberi argument
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif atau deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap yang terlalu hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
3.      Kreativitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berfikir kreatif bagi orang berusia lanjut cenderung berkurang. Dengan demikian prestasi kreativitas dalam menciptakan hal-hal penting dalam orang berusia lanjut secara umum relatif berkurang dibanding mereka yang lebih muda.
4.      Ingatan
Orang berusia lanjut pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru dipelajari. Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak selalu termotivasi dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian disebabkan oleh kurangnya perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas.
5.      Mengingat kembali
Banyak dipengaruhi karena faktor usia dibanding pemahaman terhadap objek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak orang berusia lanjut yang menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik), untuk membantu mereka dalam mengingat kembali.
6.    Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat, makin senang seseorang dalam menjalani masa usia lanjut makin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
7.    Rasa humor
Umumnya mereka kehilangan rasa humor, pendapat ini benar karena dalam kemampuan mereka untuk membaca komik berkurang, dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia.
8.    Perbendaharaan kata
Perbendaharaan kara menurun sangat kecil, karena mereka hanya menggunakan kata yang telah di pelajarinya pada masa lalu, sedangkan untuk belajar memahami kata-kata baru dalam masa lanjutnya sangat jarang sekali
9.    Kekerasan mental
Kekerasan mental sangat tidak universal bagi usia lanjut, orang yang pada usia madya keras, cenderung semakin tampak seiring dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan pada usia lanjut mereka sudah lambat dan susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya.
I.         Pekerjaan dan Masa Pensiun
Seseorang yang bekerja biasanya bertujuan untuk mendapat penghasilan serta menunjukkan bahwa dirinya merupakan manusia yang berguna dan tidak membebani orang lain. Namun biasanya tidak selamanya seseorang dapat bekerja. Di lembaga pemerintahan maupun swasta biasanya umur pekerja dibatasi sampai usia tertentu (usia pensiun). Namun banyak lanjut usia sendiri ingin tetap bekerja agar nantinya tetap mandiri dan tidak membebani anak cucunya.
 Clark dan Ogawa (1997) melakukan sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa hampir semua orang Jepang ingin tetap bekerja setelah usia 60 tahun. Namun pada kenyataannya kesempatan kerja bagi lanjut usia sangatlah terbatas sehingga hal ini perlu mendapat perhatian yang serius.
J.        Kondisi Sosioemosional  
  1.    Teori Sosial Lanjut Usia
Lafrancois (1984) berperndapat bahwa ada 2 teori yang menyatakan hubungan umur manusia dengan kegiatannya.
a.    Disangegement Theory
Teori ini dikemukakan secara formal oleh Comming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin berkurangnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia. Kesadaran diri dari individu menyebabkan timbul tindakan mengundurkan diri dari masyarakat karena semakin tua maka sadar bahwa ia hanya sebagai beban yang membutuhkan pertolongan dari orang lain. Sebaliknya masyarakat mengundurkan diri karena memerlukan orang yang lebih muda untuk menggantikan posisi atau jejak orang yang lebih tua.
b.    Activity Theory
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, semakin tua usia seseorang maka akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik maupun emosionalnya.
2.    Stereotip Lanjut Usia
Di Jepang, lanjut usia adalah satu tanda status. Sebaliknya, di hampir semua negara Barat yang memandang bahwa bertanya umur seseorang kurang pada tempatnya, namun para pelancong ketika menginap di hotel sering ditanyakan umurnya untuk menjamin bahwa mereka akan diterima dengan layak dan dengan sopan santun yang berbeda. Di Amerika Serikat, lanjut usia pada umumnya dipandang sebagai hal yang tidak diinginkan. Stereotip tentang lanjut usia yang tersebar luas tercermin sebagai miskonsepsi adalah bahwa lanjut usia biasanya lelah, kurang koordinasi, dan cenderung kepada infeksi dan kecelakaan, tidak berminat pada kegiatan seksual, terisolasi dari orang lain, tidak menggunakan waktunya secara produktif, bahwa mereka kasihan dan sakit-sakitan, serta bagi sebagian besar dari mereka yang bekerja di suatu lembaga dianggap tidak dapat mengingat atau belajar merupakan stereotip negatif yang dapat merugikan eksistensi lanjut usia.
3.    Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan keluarga akan berubah seiring bertambahnya usia seseorang. Perubahan ini membutuhkan penyesuaian. Keluarga merupakan sumber terpenuhinya kebutuhan sosial, semakin besar dukungan emosional keluarga makan seseorang akan bahagia dan sebaliknya.
Penyesuaian dalam keluarga dianggap penting, menurut Hurlock (1993 : 420) bentuk penyesuaian tersebut adalah:
a.         Hubungan dengan pasangan hidupnya
b.        Perubahan perilaku seksual
c.         Hubungan dengan anak
d.        Ketergantungan orang tua
e.         Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung berkurang atau menurun. Mereka cenderung berkurang kontak sosialnya dengan teman sekerja atau relasinya atau dengan orang-orang lain di luar rumah. Bekerja dan tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak sosial. Oleh karenanya pensiun menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk melakukan kontak sosial. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang menghindar dari hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.


    4.      Perkembangan Kepribadian, Kepuasan Hidup, dan Lanjut Usia Berhasil
Pada usia lanjut sebagian orang akan mengalami continuity (hubungan tiada putus) atau discontinuity (tidak berhubungan satu sama lain). Lerner dan Hultch menggolongkannya dalam continuity dan discontinuity serta stability dan instability. Misalnya, pada usia muda seseorang diberikan kepercayaan dan rasa kepercayaan itu masih bertahan sampai usia 40 tahun ini dinamakan continuity, sebaliknya jika seseorang diberikan kepercayaan pada masa muda dan tidak lagi pada masa tua maka hal ini dinamakan discontinuity.
Stability dan instability adalah tingkatan dimana individu memegang teguh posisi yang relatif sama pada satu dimensi kepribadian sepanjang waktu. Misalnya, pada usia muda seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, apabila seseorang tersebut mampu mempertahankan kepercayaan dirinya hingga usia lanjut maka dikatakan stability. Sebaliknya, apabila kepercayaan diri tersebut menurun pada masa lanjut usia maka dikatakan instability. Menurut Erikson (Lerner dan Hultch 1983 : 508) kepribadian ditentukan oleh kematangan dari dalam dan tuntutan dari luar dari masyarakat.
Membicarakan usia lanjut tidak lepas dari kepuasan hidupnya. Konsep kepuasan hidup menurut Neugarten, Havigrust, dan Tobin (Dreyen, 1998) didefinisikan dengan lima ciri utama yaitu :
a.    Semangat, yaitu energi untuk berpartisipasi.
b.    Resolusi dan keteguhan, yaitu menerima tanggung jawab.
c.    Congruence, yaitu keselarasan antara keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
d.   Konsep diri positif, yaitu menghargai dirinya sendiri.
e.    Suasana hati, yaitu menunjukkan kebahagiaan, optimis dan senang dengan hidup.
    K.      Lanjut Usia Berhasil
Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa inggris sebagai Successfull Aging atau Optimal Aging. Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil dari berbagai kriteria, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif, kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihar dari panjangnya umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental seseorang.
Pada umumnya orang menginginkan umur panjang. Setiap ulang tahun doa yang dipanjatkan juga semoga panjang umur. Pada dasarnya bagi lanjut usia yang diperlukan tidak sekedar berumur panjang tetapi umur panjang dalam kondisi sehat sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan secara mandiri, tetap berguna dan memberikan manfaat bagi kehidupan social yang sering disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif (active life expectancy). Sebaliknya orang tidak menghendaki umur panjang jika umur panjang itu dilalui dengan keadaan sakit.
Banyak faktor yang memberikan kontribusi pada umur seseorang. Jenis kelamin dan ras memiliki kontribusi pada umur panjang seseorang .Wanita lebih panjang umurnya dibanding laki-laki. Orang kulit putih lebih panjang umurnya dari pada kulit hitam. Ada 4 faktor yang diduga menjadi prediktor yang baik bagi umur panjang seseorang, yaitu:
1.    Mobilitas fisik, maksudnya orang yang aktif cenderung berumur panjang
2.    Pendidikan, orang dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih panjang umurnya daripada yang berpendidikan rendah
3.    Pekerjaan, para professional atau orang dengan pekerjaan yang hanya membutuhkan aktivitas fisik relatif kecil cenderung berumur panjang
4.    Aktivitas, orang yang aktif bekerja lebih panjang umurnya daripada orang yang banyak menganggur atau pensiun.
     L.       Implikasi dalam Pendidikan
Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus seumur hidup. Proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (lifelong learning). Implementasinya dalam program pendidikan seumur hidup melibatkan berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomi dan teknik pelaksanaan. Dari segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil penelitian tentang belajar dan ingatan pada lanjut usia Lerner & Hultsch (1983 : 463) mengusulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.         Pentahapan (pancing). Jika mungkin berikan kesempatan kepada individu untuk menyusun langkah mereka sendiri. Tugas atau metode pembelajaran yang mengikat atau menekan akan menyulitkan mereka.
2.         Motivasi dan kecemasan. Beberapa tahapan dari motivasi adalah  kebutuhan untuk belajar. Tetapi lanjut usia mungkin menjadi terlalu termotivasi dan mengalami kecemasan dalam satu situasi belajar. Berikan individu kesempatan untuk menjadi akrab dengan situasi. Minimalkan peran kompetisi dan penilaian guna menghindari kecemasan.
3.         Lelah. Beberapa tugas mungkin membuahkan beberapa kelelahan mental atau fisik. Satu masalah yang pada umumnya dialami para lanjut usia. Perpendek jam pelajaran, teruskan kegiatan berikutnya dan seterusnya agar tidak kecapaian.
4.         Kesulitan, banyak tugas yang cukup kompleks. Atur materi dari yang sederhana menuju ke yang kompleks untuk membangun rasa percaya diri dan ketrampilan.
5.         Kesalahan. Bangun atau susun tugas yang menghindari kesalahan dan tidak dapat dipalajari.
6.         Praktek. Berikan kesempatan untuk mempraktekkan hal hal yang sama pada tugas yang berbeda.
7.         Umpan balik (feedback). Berikan informasi yang memadai dari respons terdahulu.
8.         Materi ajar disajikan untuk mengimbangi atau sesuai dengan problem indera yang dialami oleh usia lanjut. Perhatian langsung tertuju pada aspek tugas yang relevan. Kurangi atau hindari informasi yang tidak relevan (cues).
9.         Organisasi. Belajar dan mengingat informasi sering dikelompokkan atau berhubungan dengan beberapa cara.
10.     Relevansi dan pengalaman. Orang belajar dan mengingat apa yang dirasa penting baginya. Usahakan agar tugas relevan dengan minat individual.

A.      Kesimpulan
1.      Terdapat beberapa definisi dalam mengartikan masa lanjut usia, bak dilihat dari segi fisiologis, psikologis, status sosial-ekonomi, maupun dari segi umur kronologis. Secara umur kronologis, seseorang dikatakan mencapai masa lanjut usia apabila berusia 65 tahun ke atas berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1965.
2.      Berlangsungnya masa lanjut usia didukung oleh beberapa teori, yang meliputi teori biologi, teori kejiwaan sosial, dan teori lingkungan. Beberapa teori tersebut memberikan implikasi berbeda terhadap masa lanjut usia.
3.      Masa lanjut usia memiliki ciri-ciri yaitu adanya proses gradasi (kemunduran) kemampuan, baik kognitif, fisik, maupun mental (psikologis).
4.      Dalam hal pekerjaan, perlu diadakannya lapangan pekerjaan yang memadai untuk kelompok-kelompok individu yang berada pada masa lanjut usia. Hal ini dikarenakan penelitian membuktikan bahwa masih terdapat banyak individu pada masa lanjut usia yang menginginkan pekerjaan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
5.      Pada masa lanjut usia, hubungan dengan orang lain cenderung berkurang atau menurun. Mereka cenderung berkurang kontak sosialnya dengan teman sekerja atau relasinya atau dengan orang-orang lain di luar rumah. Bekerja dan tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak sosial. Oleh karenanya pensiun menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk melakukan kontak sosial. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang menghindar dari hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
6.      Beberapa miskonsepsi yang terbentuk menjadi stereotip negatif tentang kemampuan individu pada masa lanjut usia dapat merugikan eksistensi lanjut usia.
7.      Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa inggris sebagai Successfull Aging atau Optimal Aging. Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil dari berbagai kriteria, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif, kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihar dari panjangnya umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental seseorang.
8.      Implikasi dari eksistensi masa lanjut usia terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan seumur hidup (longlife learning) dimana dalam implementasinya melibatkan berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomi dan teknik pelaksanaan.
B.       Latihan Soal
1.      Mengapa perkembangan masa lanjut usia perlu dipelajari sebagai rangkaian dari proses pendidikan?
2.      Sebutkan tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh usia lanjut? Jelaskan!
3.      Perubahan fisik apa sajakah yang nampak menonjol pada lanjut usia yang perlu diperhatikan oleh pendidik?
4.      Bagaimanakah cara mengatasi/mengurangi kondisi fisik yang semakin menurun pada usia lanjut?
5.      Apa sajakah teori yang memaparkan tentang masa lanjut usia? Jelaskan!
6.      Sebutkan beberapa miskonsepsi negatif yang dapat merugikan eksistensi masa lanjut usia!
7.      Perbuatan-perbuatan apa sajakah yang tidak boleh dilakukan dalam rangka memperlambat proses kemunduran kemampuan pada masa lanjut usia?
8.      Bagaimana strategi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada kelompok lanjut usia?

DAFTAR PUSTAKA

Baltes, Paul B. & dkk. Life-Span Development and Behavior, Volume 8. New Jersey: Academic Press.
Christiansesn, James L., John M Grzybowski, & David Spreadbury. 1993. Biology of Aging. Michigan: Mowsby.
Clark, R.I. & Ogawa, N. 1997. Translation from Career to Retirement in Japan, dalam Industrial Relations: A Journal of Economy and Society. Vol. 36 No. 2 April 1997. P.255-270, Institute of Industrial Relations, University of California at Barkeley, Blackwell Publisher, Boston MA & Oxford, UK.
Denney, Nancy W. & David Quadagno. 1986. Human Sexuality. Michigan: Mosby-Year Book.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan.
Dreyer, P.H. 1998. Postretirement Satisfaction, dalam Spacapan, S. & Stuart Oskamp. The Social Psychology of Aging. Newbury Park: Sage Publication.
Fozard, J.L. & dkk. 1992. The Relationship Between Contrast Sensitivity and the Visual Problems of Older Driver. SAE International.
Izzaty, Rita Eka, dkk.  2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Hayflick, L. 1987. Origins of Longevity. Modern Biological Theories of Aging. New York: Raven Press.
Hodgkins, John P. & John Love. 1962. Chess Ideas for Young Players. London: G. Bell.
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Perkembangan Anak, jilid 1 a.b Meitasari Tjandrasa dan Muslichah. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kartari. 1993. Study of The Determinants of Health Aging and Age-Associated Diseases in The Indonesian Population. Final Report. Non Cominicable Disease Centre. National Institute of Health Research & Development. Jakarta: Ministry of Health.
Lerner, Richard M. & David F. Hultsch. 1983. Human Development, a Life-Span Perspective. New York: Mc Graw-Hill.
Neugarten L., Bernice. 1968. Middle Age and Aging. Chicago: University of Chicago Press.
Prayitno. 1983. Manula (Manusia Lanjut Usia) Jakarta : Inti Idayu Press.
Prayitno, Subagyo. 1999. Penduduk Lanjut Usia Tinjauan Teori, Masalah dan Implikasi Kebijakan . Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Th.XII No.4. Oktober 1999 45-50.
Sadli, Saparinah. 1983. Di Atas 40 Tahun: Kondisi Problematik Pria Wanita. Jakarta: Sinar Harapan.
Santrock W. John. 1995. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Schaie, K. Warner & Sherry L. Willis. 1984. Handbook of The Psychology of Aging. USA: Acedemic Press.
Supardjo. 1982. Pandangan Masyarakat Terhadap Usia Lanjut. Disampaikan Pada Simposium Psikologi Usia Lanjut. Semarang: Ikatan Sarjana Psikologi Cabang Jateng
Strub, Richard L. & F. William Black. 1992. The Mental Status Examination in Neurology. Philadepia: FA Davis.
Verhagen P., Marcoen, A., Goossens, L. 1992. Improving Memory Performance in The Aged Through Mnemonic Training: A Meta-Analytic Study. Psychology and Aging. 7. 242-251.
Wechsler, David. 1972. Measurement of adult intelligence 5th and enl. ed. Baltimore: William & Witkins.

Weeks, J.R. 1998. Population: An Introduction to Concepts and Issues Ed. 4. Belmont: Wadsworth Publishing Company.