MASA LANJUT USIA
A. Definisi Masa Lanjut Usia
Lanjut
usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
daripada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat.
Dari
aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di
negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda.
Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh
terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial
yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret
1997).
Menurut
Bernice Neugarten (1968), masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa
puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah
permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini
tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang
homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia
lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi
manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan
untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang
memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang
pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi
terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses
kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Di
samping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang
ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan
lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan
usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir
selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun; lanjut usia (elderly) 60-74
tahun; lanjut usia tua (old) 75-90 tahun; dan usia sangat tua (very
old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002)
mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah
(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur
yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian
akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut
usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian
bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah
mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang
tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.
B. Teori-Teori Tentang Penuaan
1.
Teori
Biologis
Teori-teori
biologis tentang penuaan terbagi menjadi dua, antara lain: teori-teori
mikrobiologi dan teori-teori makrobiologi. Teori-teori mikrobiologi mengenai
penuaan (microbiological theories of aging) melihat ke dalam sel-sel
tubuh untuk menjelaskan penuaan. Label mikro digunakan karena sel merupakan
unit analisis yang sangat kecil.
Teori-teori
makrobiologi mengenai penuaan (macrobiological theories of aging)
mempelajari kehidupan pada tingkat analisis yang lebih global dibanding sel.
Makro mengarah pada sesuatu yang besar dan tingkat analisis yang lebih global.
Beberapa teori mikrobiologi dan makrobiologi menghubungkan penuaan dengan
keusangan tubuh, teori lainnya menghubungkan dengan waktu biologis (biological
clock) dalam tubuh. Teori ini berfokus pada proses fisiologi
dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh
dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat
patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a.
Teori
Stokastik/Stochastic Theories
Menurut teori ini,
penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/random dan akumulasi
setiap waktu. Teori ini terdiri dari:
Error Theory. Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di
mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintesa DNA. Kesalahan ini
diabadikan dan secepatnya didorong ke arah sistem yang tidak berfungsi di
tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan
mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian.
Teori Radikal Bebas/Free
Radical Theor. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi
kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk
metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul
ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan
protein, mengubah bentuk dan sifatnya; molekul ini juga dapat bereaksi dengan
lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat
berikatan dengan organel sel lainnya (Christiansen dan Grzybowski, 1993).
Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar
(Hayflick, 1987), secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat
dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan
sumber eksternal radikal bebas.
Cross-Linkage Theory. Teori ini seperti protein yang metabolisme
tidak normal sehingga banyak produksi sampah di dalam sel dan kinerja jaringan
tidak dapat efektif dan efisien.
Wear and Tear Theory. Teori ini mengatakan bahwa manusia
diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan
merupakan hasil dari penggunaan.
b.
Teori
Non-Stokastik/Non-Stochastic Theories
Proses penuaan
disesuaikan menurut waktu tertentu
Programmed Theory. Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga
suatu saat tidak dapat regenerasi kembali.
Immunity Theory. Mutasi yang berulang atau perubahan protein
pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh
mengalami perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang
menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Di lain pihak, sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya
serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut bnyak kegiatan social.
b. Kepribadian Lanjut (Continuity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personaliti
yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
3. Teori Lingkungan
a.
Exposure
Theory: Paparan sinar
matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.
b.
Radiant
Theory: Radiasi sinar y,
sinar x dan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami
denaturasi protein dan mutasi DNA.
c.
Polution
Theory: Udara, air dan tanah
yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi
epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
d.
Stress
Theory: Stres fisik maupun
psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus
menerus dapat mempercepat proses penuaan.
C. Ciri-Ciri Masa Lanjut Usia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 : 380) terdapat
beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
1.
Usia lanjut merupakan
periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari
faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis
lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah,
sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2.
Orang lanjut usia
memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas
karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang
lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan
pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
3.
Menua membutuhkan
perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena
lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4.
Penyesuaian yang buruk
pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut
usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia
lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk
itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
D. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Lanjut Usia
Masa lanjut usia bukan berarti bebas dari
tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas
yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas perkembangan itu adalah:
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan
fisik dan kesehatan.
2. Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan
berkurangnya pendapatan.
3. Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya.
4. Menjadi anggota kelompok sebaya.
5. Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan
kewajiban-kewajiban sebagai warga negara.
6. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang
memuaskan.
7. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara
fleksibel. (Izzaty, 2008 : 165)
E. Kondisi Lanjut Usia
Di Indonesia hal-hal yang terkait dengan
lanjut usia diatur dalam suatu Undang-undang yaitu Undang-undang No. 13 tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke
atas.
Meningkatnya kondisi sosial ekonomi, pelayanan
kesehatan, perbaikan gizi serta meningkatnya pendidikan berdampak pada
meningkatnya rata-rata umur harapan hidup penduduk. Umur penduduk mengalami
peningkatan. Bila pada masa lalu umumnya penduduk meninggal rata-rata pada usia
55 tahun, kini angka itu terus menerus meningkat, hal ini berpengaruh pada
meningkatnya jumlah penduduk.
Keberadaan lanjut usia awalnya menjadi garapan
ilmu kedokteran yang memang sangat besar peranannya dalam membawa lanjut usai
menjadi sehat dengan mempengaruhi proses fisiologisnya sehingga memperpanjang
hidup seseorang. Namun kemudian banyak ilmuan dari berbagai bidang dan disiplin
ilmu yang tertarik untuk mengkaji masalah lanjut usia, lebih-lebih di negara
maju. Berkaitan dengan ini muncullah Gerontologi, yiatu suatu pendekatan ilmiah
dari berbagai aspek proses ketuaan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku,
lingkungan, dan lain-lain (DEPKES RI, 1998). Adapun aspek-aspek dalam
Gerontologi yang spesifik dan penting yaitu aspek biologik, psikologik, sosial,
ekonomi, dan kesehatan. Di bidang kesehatan muncul Geriatri yang merupakan
cabang dari ilmu kedokteran yang memusatkan pada proses penuaan dan hubungan
antara usia dengan kondisi kesehatan. ( Izzaty, 2008 : 166)
F. Kondisi Fisik
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tak
terhindarkan. Semua makhluk hidup di dunia memiliki siklus kehidupan yang
diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi dewasa dan berkembang
biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologis yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase progresif. Fase stabil dan fase
regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dialami
dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi menurun
fungsinya karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan
dibandingkan dengan terjadinya pemulihan. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokhemis pada jaringan tubuh, dan akhirnya
akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Proses dan
kecepatan kemunduran ini sangat berbeda untuk masing-masing individu. Disamping
itu masing-masing organ mengalami proses dan kecepatan kemunduran atau
kerusakan secara berbeda pula antara organ yang satu dengan yang lain.
Secara biologis, proses penuaan berarti
menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya terhadap
serangan panyakit yang dapat menyebabkan kematian (Atchely dalam Weeks, 1998).
Hal ini menurut Kartari (1993) disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga
terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Tidak
tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau sangat dingin karena
menurunnya fungsi pembuluh darah pada kulit. Berkurangnya tingkat metabolisme
dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan
menjadi sulit. Lebih cepat capai dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk
memulihkan diri dari keletihan dibanding dengan orang yang lebih muda. Meskipun
kemampuan fisik menurun, sebagian besar lanjur usia sehat dan aktif. Kondisi
ini banyak dibantu oleh kemajuan bidang pengobatan modern, berbusana, yang
memungkinkan pria dan wanita lanjut usia berpenampilan, bertindak, dan berperan
lebih muda.
Pada masa ini terjadi penurunan dalam fungsi
penglihatan, pada objek dengan tingkat penerangan yang rendah, juga menurunnya
sensitivitas terhadap warna. Penglihatan jarak jauh berkurang disebabkan karena
elastisitas lensa mata yang berkurang. Kemampuan pendengaran juga berkurang
sebagai akibat berhentinya pertumbuhan syaraf. Fungsi alat perasa juga menurun
sebagai akibat dari berhentinya oertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah
dan di permukaan bagian dalam pipi. Berhentinya syaraf perasa ini terus-menerus
sejalan dengan bertambahnya usia. Kemampuan penciuman juga menurun sejalan dengan
bertambahnya usia seseorang. Indera peraba mengalami penurunan kepekaan karena
kulit semakin kering dan keras. Ketahanan terhadap rasa sakitjuga menurun
terutama di bagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua
organ tersebut.
Departemen Kesehatan RI (1998) menyatakan
bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala
kemunduran fisik antara lain:
1. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul
keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut mulai beruban dan menjadi putih
3. Gigi mulai tanggal
4. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang,
5. Mulai Lelah
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, dan
7. Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan
lemak terutama di bagian perut dan pinggul. (Izzaty, 2008 : 166)
Pemaparan
lebih lanjut dari perubahan kodisi fisik yang terjadi pada masa lanjut usia
antara lain sebagai berikut:
1.
Perubahan
fisik
Perubahan fisik yang
dialami oleh dewasa akhir atau usia lanjut terjadi dengan ditandai dengan
menurunnya dan memburuknya fungsi dan keadaan fisik. Perubahan ini pasti
terjadi pada usia lanjut hanya saja berbeda untuk setiap individu. Perubahan
penampilan pada usia lanjut sangat terlihat dari wajah individu, wajah akan
mulai mengendor dan memunculkan ciri penuaan lainnya. Selain pada wajah
perubahan secara fisik juga dapat dilihat dari individu yang kulit nampak
keriput dan otot terlihat.
Perubahan fisik yang
terjadi pada masa dewasa akhir, pada umumnya terjadi pada penurunan beberapa
fungsi organ tubuh seperti menurunnya kemampuan otak dan sistem syaraf, yang
meliputi; hilangnya sejumlah neuron yang merupakan unit-unit sel dasar dari
sistem syaraf, serta kemampuan otak yang semakin menurun, dan melemahnya daya
ingat, seperti:
a.
Daya ingat (memori),
berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari
kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of
information retrieval from memory). Dalam hal ini adalah sangat penting
untuk menjaga agar memori itu tetap eksis dan karenanya perlu digunakan secara
terus-menerus dan jangan dibuat menganggur atau diistirahatkan. Untuk itu
membaca, mendengar berbagai berita, atau ceritera melalui berbagai media sangat
penting bagi lansia. Namun bagi lansia yang “mengistirahatkan diri,” atau
dipaksa untuk istirahat tanpa kegiatan apapun, tidak mau membaca koran, maunya
ongkang-ongkang kaki, enak-enak, apalagi sambil merenungi nasibnya diyakini
akan semakin mempercepat kemunduran fungsi ingatan dan fungsi mentalnya. Hal
semacam ini menjadi bahaya bagi lansia, karena hal-hal lain pun mengalami
kemunduran secara cepat.
b.
Intelegensia dasar (fluid
intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara
lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal
wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi (Hochanadel
and Kaplan, 1984 dalam Strub and Black, 1992). Untuk mengendalikan hal ini,
maka sebaiknya orang walaupun dalam kondisi lansia, juga tetap mempertahankan
cara belajar. Hal itu bukan harus mengulang-ulang belajar seperti anak sekolah,
namun perlu melakukan latihan-latihan untuk mengasah otak, seperti memecahkan
masalah yang sederhana, tetap menggerakkan anggota tubuh secara wajar, mengenal
tulisan-tulisan, angka-angka, simbol-simbol, dan sebagainya. Tidak hanya
mengalami perubahan pada otak dan sistem syarafnya saja, pada usia dewasa akhir
terjadi beberapa perubahan pada sensori fisik yang juga berperan penting dalam
kehidupannya yang melibatkan indera penglihatan, indra pendengaran, indera
perasa, indra pencium dan indera peraba.
c.
Indera penglihatan. Ada
penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat
penerangan rendah dan menurunnya sensitivitas terhadap warna. Orang berusia
lanjut pada umumnya menderita presbyopia atau tidak dapat melihat jarak jauh
dengan jelas, yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang.
d.
Indera pendengaran. Orang
berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada yang sangat tinggi,
sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya pertumbuhan
organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga (cochlea),
walaupun mereka pada umumnya tetap dapat mendengar pada suara yang lebih rendah
daripada nada C sejelas orang yang lebih muda. Menurut Hurlock pria cenderung
lebih banyak kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan wanita.
e.
Indera Perasa. Perubahan
penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan
bagian dalam pipi. Syaraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah
banyak sejalan dengan bertambahnya usia.
f.
Indera Penciuman. Daya
penciuman menjadi kurang tajam sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian
karena oleh pertumbuhan sel dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena
semakin lebatnya buku rambut di lobang hidung.
g.
Indera Peraba. Karena
kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera peraba di kulit semakin
kurang peka.
Ciri-ciri atau
perubahan penuaan fisik di antara sebagai berikut.
a.
Daerah kepala.
1)
Hidung menjulur lemas
2)
Bentuk mulut berubah
akibat hilangnya gigi atau harus memakai gigi palsu
3)
Mata kelihatan pudar,
tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan
4)
Dagu berlipat 2 atau 3
5)
Pipi berkerut, longgar
dan bergelombang
6)
Kulit berkerut dan
kering, berbintik hitam, banyak tai lalat atau di tumbuhi kutil
7)
Rambut mernipis,
berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku
8)
Tumbuh rambut halus
pada hidung, telinga dan alis.
b.
Daerah tubuh
1)
Bahu membungkuk dan
nampak kecil
2)
Perut membesar dan membuncit
3)
Pinggul tampak
mengendor dan lebih lebar di bandingkan dengan waktu sebelumnya
4)
Garis pinggang
melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap
c.
Daerah persendian
1) Panggal tangan menjadi kendor dan terasa
berat, sedangkan ujung tangan tampak mengkerut.
2) Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik
menonjol, terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki.
3) Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena
di sepanjang bagian belakang tangan menonjol.
4) Kaki membesar karena otot-otot mengendor,
timbul benjolan-benjolan, ibu jari kaki membengkak dan bisa meradang serta
sering timbul kelosis.
5) Kuku tangan dan kaki menebal mengeras dan
mengapur.
2.
Sistem
Pernafasan
Kapasitas
paru-paru menurun antara usia 20 dan 80 tahun, sekalipun tanpa penyakit
(Fozard, 1992). Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan
diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang-orang
dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan
memperkuat diafragma.
3.
Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan dalam
kemampuan seksualitas manusia, Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut
usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme, maupun faktor psikologis. Hasil ini dapat
terjadi karena faktor fisik seperti sering sakit-sakitan, nyeri sendi, atau
kencing manis, akan berdampak pada aspek psikologis berupa rasa cemas, tidak
bersemangat, sulit konsentrasi dan lain sebagainya.
G. Fungsi Kognitif
Pada masa ini respon neurologis mengalami
penurunan dan mempengaruhi menurunnya kemampuan belajar dan mengingat. Di
masyarakat muncul pendapat bahwa kemampuan kognitif seperti misalnya belajar,
mengingat dan kecerdasan akan menurun sebanding dengan bertambahnya umur
seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, setiap individu cenderung
meningkat penurunan responnya secara bertahap.
Waktu reaksi adalah melibatkan satu ukuran
waktu yang telah berlalu antara munculnya tanda dan mulainya gerakan merespon.
Hodgkins (1962) pernah melakukan sebuah uji coba mengenai waktu reaksi, dimana
400 wanita usia 6-84 tahun dites dengan cara melepas kunci ketika lampu
menyala. Hasilnya adalah;
1. Kemampuan meningkat sampai usia 20 tahun.
2. Konstan sampai pertengahan 20 tahun.
3. Menurun sekitar 25% dari pertengahan 20 tahun
sampai 60 tahun.
4. Menurun sekitar 43% ketika di atas 60 tahun.
Departemen
Kesehatan RI (1998) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai dengan kemunduran
kognitif, antara lain:
1. Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan
baik.
2. Ingatan terhadap masa lalu lebih baik dari
pada yang baru terjadi, nama merupakan hal pertama yang dilupakan.
3. Orientasi umum dan persepsi akan waktu dan
ruang/tempat mundur
4. Meskipun sudah banyak pengalaman, namun
biasanya skor intelegensi menurun.
5. Tidak mudah menerima hal/ide baru.
Pemaparan
lebih lanjut tentang perubahan kemampuan kognitif masa lanjut usia adalah
sebagai berikut:
1. Penurunan Intelektual
Mengenai
penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa merupakan suatu hal yang
provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala
inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan
intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara,
John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara
kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized
intelligence = yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan
verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia.
Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence = yaitu
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa
dewasa madya.
Pendapat
tersebut dipertanyakan Paul Baltes (1987) dan K Warner Schaie (1984), karena
metode yang digunakan Horn adalah cross-sectional, sehingga factor
individual differences tidak diperhatikan, padahal mungkin akan sangat
berpengaruh, sehingga kalaupun ditemukan perbedaan antara subjek yang berusia
40 tahun dengan subjek yang berusia 70 tahun, mungkin bukan karena faktor usia,
melainkan kesempatan memperoleh pendidikan, misalnya.
Schaie
sendiri mengadakan penelitian longitudinal tentang hal tersebut (1984), dan
memperoleh hasil bahwa ternyata tidak ditemukan penurunan intelektual pada masa
dewasa, setidaknya sampai usia 70 tahun. Pada tahun 1994, Schaie kembali
mengadakan penelitian dan menemukan bahwa penurunan di dalam
kemampuan-kemampuan mental rata-rata dimulai pada usia 74 tahun.
2. Kecepatan Memproses, Mengingat, dan Memecahkan
Masalah
Dari
banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk,
1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern
& McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi
mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa
orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang
telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan
memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga
berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes
kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang
dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney
menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis,
sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain
Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam
pemecahan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an.
H. Kondisi Mental
1.
Belajar
Orang yang berusia
lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak
untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal
baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya
kurang tepat dibandingkan orang yang lebih muda.
2.
Berpikir
dan memberi argument
Secara umum terdapat
penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif atau
deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap yang terlalu
hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia.
3.
Kreativitas
Kapasitas atau
keinginan yang diperlukan untuk berfikir kreatif bagi orang berusia lanjut
cenderung berkurang. Dengan demikian prestasi kreativitas dalam menciptakan
hal-hal penting dalam orang berusia lanjut secara umum relatif berkurang
dibanding mereka yang lebih muda.
4.
Ingatan
Orang berusia lanjut
pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru dipelajari.
Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak selalu termotivasi
dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian disebabkan oleh kurangnya
perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas.
5.
Mengingat
kembali
Banyak dipengaruhi
karena faktor usia dibanding pemahaman terhadap objek yang ingin diungkapkan
kembali. Banyak orang berusia lanjut yang menggunakan tanda-tanda, terutama
simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik), untuk membantu mereka dalam
mengingat kembali.
6. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa
lalu meningkat, makin senang seseorang dalam menjalani masa usia lanjut makin
kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
7. Rasa humor
Umumnya mereka kehilangan rasa humor, pendapat ini benar karena
dalam kemampuan mereka untuk membaca komik berkurang, dan perhatian terhadap
komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia.
8. Perbendaharaan kata
Perbendaharaan kara menurun sangat kecil, karena mereka hanya
menggunakan kata yang telah di pelajarinya pada masa lalu, sedangkan untuk
belajar memahami kata-kata baru dalam masa lanjutnya sangat jarang sekali
9. Kekerasan mental
Kekerasan mental sangat tidak universal bagi usia lanjut, orang
yang pada usia madya keras, cenderung semakin tampak seiring dengan
bertambahnya usia, hal ini dikarenakan pada usia lanjut mereka sudah lambat dan
susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya.
I. Pekerjaan
dan Masa Pensiun
Seseorang yang bekerja biasanya bertujuan
untuk mendapat penghasilan serta menunjukkan bahwa dirinya merupakan manusia
yang berguna dan tidak membebani orang lain. Namun biasanya tidak selamanya seseorang
dapat bekerja. Di lembaga pemerintahan maupun swasta biasanya umur pekerja
dibatasi sampai usia tertentu (usia pensiun). Namun banyak lanjut usia sendiri
ingin tetap bekerja agar nantinya tetap mandiri dan tidak membebani anak
cucunya.
Clark dan Ogawa (1997) melakukan sebuah
penelitian di Jepang menemukan bahwa hampir semua orang Jepang ingin tetap
bekerja setelah usia 60 tahun. Namun pada kenyataannya kesempatan kerja bagi
lanjut usia sangatlah terbatas sehingga hal ini perlu mendapat perhatian yang
serius.
J. Kondisi
Sosioemosional
1. Teori Sosial Lanjut Usia
Lafrancois (1984) berperndapat bahwa ada 2
teori yang menyatakan hubungan umur manusia dengan kegiatannya.
a. Disangegement
Theory
Teori ini dikemukakan secara formal oleh Comming dan Henry pada
tahun 1961. Teori ini menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin
berkurangnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia.
Kesadaran diri dari individu menyebabkan timbul tindakan mengundurkan diri dari
masyarakat karena semakin tua maka sadar bahwa ia hanya sebagai beban yang
membutuhkan pertolongan dari orang lain. Sebaliknya masyarakat mengundurkan
diri karena memerlukan orang yang lebih muda untuk menggantikan posisi atau
jejak orang yang lebih tua.
b. Activity Theory
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, semakin
tua usia seseorang maka akan semakin memelihara hubungan sosial, fisik maupun
emosionalnya.
2. Stereotip Lanjut Usia
Di Jepang, lanjut usia adalah satu tanda status.
Sebaliknya, di hampir semua negara Barat yang memandang bahwa bertanya umur
seseorang kurang pada tempatnya, namun para pelancong ketika menginap di hotel
sering ditanyakan umurnya untuk menjamin bahwa mereka akan diterima dengan
layak dan dengan sopan santun yang berbeda. Di Amerika Serikat, lanjut usia
pada umumnya dipandang sebagai hal yang tidak diinginkan. Stereotip tentang
lanjut usia yang tersebar luas tercermin sebagai miskonsepsi adalah bahwa
lanjut usia biasanya lelah, kurang koordinasi, dan cenderung kepada infeksi dan
kecelakaan, tidak berminat pada kegiatan seksual, terisolasi dari orang lain,
tidak menggunakan waktunya secara produktif, bahwa mereka kasihan dan
sakit-sakitan, serta bagi sebagian besar dari mereka yang bekerja di suatu lembaga
dianggap tidak dapat mengingat atau belajar merupakan stereotip negatif yang
dapat merugikan eksistensi lanjut usia.
3. Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan keluarga akan berubah seiring
bertambahnya usia seseorang. Perubahan ini membutuhkan penyesuaian. Keluarga
merupakan sumber terpenuhinya kebutuhan sosial, semakin besar dukungan
emosional keluarga makan seseorang akan bahagia dan sebaliknya.
Penyesuaian dalam keluarga dianggap penting,
menurut Hurlock (1993 : 420) bentuk penyesuaian tersebut adalah:
a. Hubungan
dengan pasangan hidupnya
b. Perubahan
perilaku seksual
c. Hubungan
dengan anak
d. Ketergantungan
orang tua
e. Hubungan
dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung berkurang
atau menurun. Mereka cenderung berkurang kontak sosialnya dengan teman sekerja
atau relasinya atau dengan orang-orang lain di luar rumah. Bekerja dan tempat
kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak sosial. Oleh karenanya pensiun
menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya kesempatan untuk melakukan
kontak sosial. Kondisi inilah yang mendorong seakan-akan orang menghindar dari
hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih
terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya
dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia
mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama
dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.
4. Perkembangan Kepribadian,
Kepuasan Hidup, dan Lanjut Usia Berhasil
Pada usia lanjut sebagian orang akan
mengalami continuity (hubungan tiada putus) atau discontinuity (tidak
berhubungan satu sama lain). Lerner dan Hultch menggolongkannya dalam continuity dan discontinuity serta stability dan instability.
Misalnya, pada usia muda seseorang diberikan kepercayaan dan rasa kepercayaan
itu masih bertahan sampai usia 40 tahun ini dinamakan continuity,
sebaliknya jika seseorang diberikan kepercayaan pada masa muda dan tidak lagi
pada masa tua maka hal ini dinamakan discontinuity.
Stability dan instability adalah tingkatan dimana
individu memegang teguh posisi yang relatif sama pada satu dimensi kepribadian
sepanjang waktu. Misalnya, pada usia muda seseorang memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, apabila seseorang tersebut mampu mempertahankan kepercayaan
dirinya hingga usia lanjut maka dikatakan stability. Sebaliknya,
apabila kepercayaan diri tersebut menurun pada masa lanjut usia maka
dikatakan instability. Menurut Erikson (Lerner dan
Hultch 1983 : 508) kepribadian ditentukan oleh kematangan dari dalam dan
tuntutan dari luar dari masyarakat.
Membicarakan usia lanjut tidak lepas dari
kepuasan hidupnya. Konsep kepuasan hidup menurut Neugarten, Havigrust, dan
Tobin (Dreyen, 1998) didefinisikan dengan lima ciri utama yaitu :
a. Semangat, yaitu
energi untuk berpartisipasi.
b. Resolusi dan
keteguhan, yaitu menerima tanggung jawab.
c. Congruence,
yaitu keselarasan antara keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Konsep diri positif, yaitu
menghargai dirinya sendiri.
e. Suasana hati, yaitu
menunjukkan kebahagiaan, optimis dan senang dengan hidup.
K. Lanjut Usia Berhasil
Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa
inggris sebagai Successfull Aging atau Optimal Aging.
Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil
dari berbagai kriteria, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif,
kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang
lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki
arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihar dari panjangnya
umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental seseorang.
Pada umumnya orang menginginkan umur panjang.
Setiap ulang tahun doa yang dipanjatkan juga semoga panjang umur. Pada dasarnya
bagi lanjut usia yang diperlukan tidak sekedar berumur panjang tetapi umur
panjang dalam kondisi sehat sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan
secara mandiri, tetap berguna dan memberikan manfaat bagi kehidupan social yang
sering disebut sebagai harapan hidup untuk tetap aktif (active life
expectancy). Sebaliknya orang tidak menghendaki umur panjang jika umur
panjang itu dilalui dengan keadaan sakit.
Banyak faktor yang memberikan kontribusi pada
umur seseorang. Jenis kelamin dan ras memiliki kontribusi pada umur panjang
seseorang .Wanita lebih panjang umurnya dibanding laki-laki. Orang kulit putih
lebih panjang umurnya dari pada kulit hitam. Ada 4 faktor yang diduga menjadi
prediktor yang baik bagi umur panjang seseorang, yaitu:
1. Mobilitas fisik,
maksudnya orang yang aktif cenderung berumur panjang
2. Pendidikan, orang
dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih panjang umurnya daripada yang
berpendidikan rendah
3. Pekerjaan, para
professional atau orang dengan pekerjaan yang hanya membutuhkan aktivitas fisik
relatif kecil cenderung berumur panjang
4. Aktivitas, orang
yang aktif bekerja lebih panjang umurnya daripada orang yang banyak menganggur
atau pensiun.
L. Implikasi dalam Pendidikan
Proses pendidikan berlangsung secara terus
menerus seumur hidup. Proses belajar juga berlangsung sepanjang hidup manusia (lifelong
learning). Implementasinya dalam program pendidikan seumur hidup melibatkan
berbagai pertimbangan seperti filosofis, ekonomi dan teknik pelaksanaan. Dari
segi teknik pelaksanaan, bersumber dari hasil penelitian tentang belajar dan
ingatan pada lanjut usia Lerner & Hultsch (1983 : 463) mengusulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Pentahapan
(pancing). Jika mungkin berikan kesempatan kepada individu untuk
menyusun langkah mereka sendiri. Tugas atau metode pembelajaran yang mengikat
atau menekan akan menyulitkan mereka.
2. Motivasi
dan kecemasan. Beberapa tahapan dari motivasi adalah kebutuhan untuk
belajar. Tetapi lanjut usia mungkin menjadi terlalu termotivasi dan mengalami
kecemasan dalam satu situasi belajar. Berikan individu kesempatan untuk menjadi
akrab dengan situasi. Minimalkan peran kompetisi dan penilaian guna menghindari
kecemasan.
3. Lelah.
Beberapa tugas mungkin membuahkan beberapa kelelahan mental atau fisik. Satu
masalah yang pada umumnya dialami para lanjut usia. Perpendek jam pelajaran,
teruskan kegiatan berikutnya dan seterusnya agar tidak kecapaian.
4. Kesulitan,
banyak tugas yang cukup kompleks. Atur materi dari yang sederhana menuju ke
yang kompleks untuk membangun rasa percaya diri dan ketrampilan.
5. Kesalahan.
Bangun atau susun tugas yang menghindari kesalahan dan tidak dapat dipalajari.
6. Praktek.
Berikan kesempatan untuk mempraktekkan hal hal yang sama pada tugas yang
berbeda.
7. Umpan
balik (feedback). Berikan informasi yang memadai dari respons terdahulu.
8. Materi
ajar disajikan untuk mengimbangi atau sesuai dengan problem indera yang dialami
oleh usia lanjut. Perhatian langsung tertuju pada aspek tugas yang relevan.
Kurangi atau hindari informasi yang tidak relevan (cues).
9. Organisasi.
Belajar dan mengingat informasi sering dikelompokkan atau berhubungan dengan
beberapa cara.
10. Relevansi dan
pengalaman. Orang belajar dan mengingat apa yang dirasa penting baginya.
Usahakan agar tugas relevan dengan minat individual.
A. Kesimpulan
1. Terdapat
beberapa definisi dalam mengartikan masa lanjut usia, bak dilihat dari segi
fisiologis, psikologis, status sosial-ekonomi, maupun dari segi umur
kronologis. Secara umur kronologis, seseorang dikatakan mencapai masa lanjut
usia apabila berusia 65 tahun ke atas berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun
1965.
2. Berlangsungnya
masa lanjut usia didukung oleh beberapa teori, yang meliputi teori biologi,
teori kejiwaan sosial, dan teori lingkungan. Beberapa teori tersebut memberikan
implikasi berbeda terhadap masa lanjut usia.
3. Masa
lanjut usia memiliki ciri-ciri yaitu adanya proses gradasi (kemunduran)
kemampuan, baik kognitif, fisik, maupun mental (psikologis).
4. Dalam
hal pekerjaan, perlu diadakannya lapangan pekerjaan yang memadai untuk
kelompok-kelompok individu yang berada pada masa lanjut usia. Hal ini
dikarenakan penelitian membuktikan bahwa masih terdapat banyak individu pada
masa lanjut usia yang menginginkan pekerjaan sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
5. Pada
masa lanjut usia, hubungan dengan orang
lain cenderung berkurang atau menurun. Mereka cenderung berkurang kontak
sosialnya dengan teman sekerja atau relasinya atau dengan orang-orang lain di
luar rumah. Bekerja dan tempat kerja merupakan sumber untuk melakukan kontak
sosial. Oleh karenanya pensiun menjadi bagian dari terputus atau berkurangnya
kesempatan untuk melakukan kontak sosial. Kondisi inilah yang mendorong
seakan-akan orang menghindar dari hadirnya masa pensiun. Kontak sosial dengan
teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi
lanjut usia.
6. Beberapa miskonsepsi yang terbentuk menjadi
stereotip negatif tentang kemampuan individu pada masa lanjut usia dapat
merugikan eksistensi lanjut usia.
7. Lanjut usia berhasil diartikan dari bahasa inggris
sebagai Successfull Aging atau Optimal Aging.
Banyak kriteria yang diusulkan untuk dikatakan sebagai lanjut usia berhasil
dari berbagai kriteria, seperti misalnya: fungsi jantung, kemampuan kognitif,
kesehatan mental yang semuanya tercermin dari kondisi akhir lanjut usia. Yang
lain menyebutkan kriteria itu dari produktivitas, kondisi ekonomi yang memiliki
arti penting bagi kondisi kesehatannya. Ada juga yang melihar dari panjangnya
umur, sebagai tanda kesehatan fisik dan mental seseorang.
8. Implikasi dari eksistensi masa lanjut usia
terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan seumur hidup (longlife
learning) dimana dalam implementasinya melibatkan berbagai pertimbangan
seperti filosofis, ekonomi dan teknik pelaksanaan.
B. Latihan Soal
1. Mengapa
perkembangan masa lanjut usia perlu dipelajari sebagai rangkaian dari proses
pendidikan?
2. Sebutkan
tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh usia lanjut? Jelaskan!
3. Perubahan
fisik apa sajakah yang nampak menonjol pada lanjut usia yang perlu diperhatikan
oleh pendidik?
4. Bagaimanakah
cara mengatasi/mengurangi kondisi fisik yang semakin menurun pada usia lanjut?
5. Apa
sajakah teori yang memaparkan tentang masa lanjut usia? Jelaskan!
6. Sebutkan
beberapa miskonsepsi negatif yang dapat merugikan eksistensi masa lanjut usia!
7. Perbuatan-perbuatan
apa sajakah yang tidak boleh dilakukan dalam rangka memperlambat proses
kemunduran kemampuan pada masa lanjut usia?
8. Bagaimana
strategi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada kelompok lanjut usia?
DAFTAR PUSTAKA
Baltes, Paul B. & dkk. Life-Span
Development and Behavior, Volume 8. New Jersey: Academic Press.
Christiansesn, James L., John M Grzybowski,
& David Spreadbury. 1993. Biology of Aging. Michigan:
Mowsby.
Clark, R.I. & Ogawa, N. 1997. Translation
from Career to Retirement in Japan, dalam Industrial Relations: A Journal of
Economy and Society. Vol. 36 No. 2 April 1997. P.255-270, Institute of
Industrial Relations, University of California at Barkeley, Blackwell
Publisher, Boston MA & Oxford, UK.
Denney, Nancy W. & David Quadagno.
1986. Human Sexuality. Michigan: Mosby-Year Book.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
bagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan.
Dreyer,
P.H. 1998. Postretirement Satisfaction, dalam Spacapan, S.
& Stuart Oskamp. The Social Psychology of Aging. Newbury
Park: Sage Publication.
Fozard,
J.L. & dkk. 1992. The Relationship Between Contrast Sensitivity and
the Visual Problems of Older Driver. SAE International.
Izzaty,
Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:
UNY Press.
Hayflick,
L. 1987. Origins of Longevity. Modern Biological Theories of
Aging. New York: Raven Press.
Hodgkins,
John P. & John Love. 1962. Chess Ideas for Young Players.
London: G. Bell.
Hurlock,
Elizabeth B. 1993. Perkembangan Anak, jilid 1 a.b Meitasari
Tjandrasa dan Muslichah. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kartari. 1993. Study of The
Determinants of Health Aging and Age-Associated Diseases in The Indonesian
Population. Final Report. Non Cominicable Disease Centre. National
Institute of Health Research & Development. Jakarta: Ministry of Health.
Lerner, Richard M. & David F. Hultsch.
1983. Human Development, a Life-Span Perspective. New York: Mc
Graw-Hill.
Neugarten L., Bernice. 1968. Middle
Age and Aging. Chicago: University of Chicago Press.
Prayitno. 1983. Manula (Manusia Lanjut
Usia) Jakarta : Inti Idayu Press.
Prayitno, Subagyo. 1999. Penduduk Lanjut Usia
Tinjauan Teori, Masalah dan Implikasi Kebijakan . Jurnal Masyarakat
Kebudayaan dan Politik Th.XII No.4. Oktober 1999 45-50.
Sadli, Saparinah. 1983. Di Atas 40
Tahun: Kondisi Problematik Pria Wanita. Jakarta: Sinar Harapan.
Santrock
W. John. 1995. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2.
Erlangga: Jakarta.
Schaie,
K. Warner & Sherry L. Willis. 1984. Handbook of The Psychology of
Aging. USA: Acedemic Press.
Supardjo.
1982. Pandangan Masyarakat Terhadap Usia Lanjut. Disampaikan
Pada Simposium Psikologi Usia Lanjut. Semarang: Ikatan Sarjana Psikologi Cabang
Jateng
Strub,
Richard L. & F. William Black. 1992. The Mental Status Examination
in Neurology. Philadepia: FA Davis.
Verhagen
P., Marcoen, A., Goossens, L. 1992. Improving Memory Performance in The Aged
Through Mnemonic Training: A Meta-Analytic Study. Psychology and
Aging. 7. 242-251.
Wechsler,
David. 1972. Measurement of adult intelligence 5th and enl. ed.
Baltimore: William & Witkins.
Weeks, J.R. 1998. Population: An Introduction to
Concepts and Issues Ed. 4. Belmont: Wadsworth Publishing Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar