Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN
Pertumbuhan
adalah perubahan yang terjadi pada setiap manusia terutama berkaitan dengan
fisiknya. Vasta (1992) mengemukakan bahwa panjang bayi menjadi hampir dua kali
pada usia 4 tahun.
Anak
laki-laki dan perempuan pada usia 10 tahun hampir sama tingginya. Pada usia
antara 10 dan 12 tahun anak perempuan tumbuh dengan pesat, sedangkan pada anak
laki-laki hal itu terjadi antara umur 12 dan 14. Vasta selanjutnya mengatakan
bahwa tinggi badan berlangsung sampai sekitar umur 15 atau 16 tahun pada anak
perempuan dan pada anak laki-laki sampai umur 17 atau 18 tahun.
Pertumbuhan
berlangsung selama masa kanak-kanak tetapi tidak dalam kecepatan yang menetap,
kemudian kecepatannya menurun dan menjadi pesat kenaikannya pada masa adolesen
dan selanjutnya berhenti.
Bagian-bagian
tubuh tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Organ-organ tubuh
mencapai kematangan pada waktu dan kecepatan yang berbeda pula. Anak-anak
perempuan mencapai masa puber lebih awal daripada anak laki-laki. Anak
laki-laki bertambah tinggi pada masa pertumbuhannya yang pesat, ototnya menguat
dan lebar bahunya bertambah pula.
Banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kematangan. Genetika yang diturunkan sangat penting, namun
faktor lingkungan seperti, nutrisi, olahraga, penyakit, dan kesehatan individu
mempunyai peran juga.
B. PENGERTIAN
PERKEMBANGAN
Para ahli
psikologi telah mengkaji bahwa perkembangan manusia itu kompleks, merupakan
teka-teki dan tantangan untuk digali informasinya. Untuk memahaminya terlebih
dahulu harus dipahami bahwa psikologi adalah kajian ilmiah tentang perilaku
terutama perilaku manusia. Lalu apakah yang dimaksud oleh para ahli psikologi
dengan perkembangan individu? Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan
adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan
berlangsung terus selama siklus kehidupan.
Psikologi perkembangan
memusatkan perhatiannya pada perubahan-perubahan perilaku dan kemampuan yang
terjadi pada saat terjadinya perkembangan. Para peneliti perkembangan mencari
jawaban atas pertanyaan: apa perubahan itu dan mengapa terjadi. Tujuan
penelitian perkembangan ialah: Pertama,
menjelaskan perilaku anak dalam perkembangannya. Bilakah bayi mulai berjalan.
Keterampilan sosial khusus apa yang dialami anak umur 4 tahun? Bagaimana anak
umur 6 tahun mengatasi konflik dengan temannya? Kedua,
bertujuan untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan proses-proses yang
menghasilkan perubahan pada perilaku dari suatu kondisi kepada kondisi lainnya.
Para ahli psikologi
perkembangan mempelajari perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sejak masa
konsepsi sampai akhir hayat manusia. Walaupun kebanyakan di antara mereka fokus
penelitiannya pada periode yang dilalui anak sampai masa adolesen. Isu-isu yang
ditelaah tentang perkembangan ada tiga. Nature dan nurture,
yang mempertanyakan tentang penyebab atau sumber terjadinya perubahan dalam
perkembangan itu dibawa sejak lahir atau karena pengaruh lingkungan. Continuity dan discontinuity,
yaitu isu yang mempertanyakan apakah pola perkembangan itu menetap? Apakah
karakteristik terdahulu dapat memperkirakan karakteristik berikutnya. Normative dan idiographic,
yang mempertanyakan dan membicarakan bahwa perkembangan itu didasari oleh
proses internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa perkembangan
berlangsung dari suatu langkah ke langkah berikutnya (normatif);
atau berpusat pada seorang individu anak yang berbeda dari anak lainnya (Vasta,
1992).
C. PROSES PERKEMBANGAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang
mendasari proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
1. Masa Perkembangan yang Cepat
Pada anak terjadi pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
yang dialami spesies lain. Perubahan fisik, misalnya pada tahun pertama lebih
cepat dari pada tahun-tahun berikutnya. Hal yang sama terjadi juga pada
perubahan yang menyangkut interaksi sosial, perolehan dan penggunaan bahasa,
kemampuan mengingat, serta berbagai fungsi lainnya.
2. Pengaruh yang Lama
Alasan lainnya mengapa mempelajari anak ialah bahwa peristiwa-peristiwa
dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal memberikan pengaruh yang lama
dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya. Kebanyakan
ahli teori psikologi berpendapat bahwa apa yang terjadi hari ini sangat banyak
ditentukan oleh perkembangan ketika masa kanak-kanak.
3. Proses yang Kompleks
Para peneliti yang mencoba memahami perilaku orang dewasa yang kompleks,
berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat masih
sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat
membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain. Manusia mampu
berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena bahasa yang
dipergunakan mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi menentukan apa aturan itu
dan bagaimana menggunakannya adalah sulit. Suatu pendekatan terhadap masalah
ini adalah dengan mempelajari proses kemampuan berbahasa. Ketika anak belajar
membentuk kalimat yang terdiri atas satu atau dua kata, kalimat itu muncul
dengan mengikuti aturan yang diajarkan orang dewasa. Dengan mengkaji kalimat
pertama tersebut para peneliti bahasa bertambah wawasannya tentang mekanisme
cara berbicara anak yang sederhana sampai dewasa yang lebih kompleks.
4. Nilai yang Diterapkan
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya dalam
laboratorium dan sering kali mengkaji pertanyaan-pertanyaan teoritis
berdasarkan hasil penelitiannya. Produk penelitian ini kadang-kadang dapat
diterapkan di dunia nyata. Misalnya penelitian tentang tahap awal perkembangan
sosial yang secara relevan berkaitan dengan orang tua dan peranannya dalam
kehidupannya sehari-hari, percobaan tentang strategi pemecahan masalah pada
anak akan memberikan informasi berharga mengenai metode mengajar yang baik.
Hasil dari penelitian atau pengkajian teoritis dapat secara langsung atau tidak
dapat mempengaruhi pola pendidikan atau pengajaran.
5. Masalah yang Menarik
Anak
merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka-teki serta menarik untuk
dikaji. Kemudahan anak umur dua tahun untuk mempelajari bahasa ibunya dan
kreativitas anak untuk bermain dengan temannya merupakan dua hal dari
karakteristik anak yang sedang berkembang. Misalnya banyak lagi hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan anak yang merupakan misteri dan menarik. Dalam
hal ini ilmu pengetahuan lebih banyak menjumpai pertanyaan-pertanyaan dari pada
jawabannya.
Sejak
awal tahun 1980-an semakin diakuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap
perbedaan individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian perilaku
genetik yang mendukung pentingnya pengaruh keturunan menunjukkan tentang
pentingnya pengaruh lingkungan. Perilaku yang kompleks yang menarik minat para
ahli psikologi (misalnya temperamen, kecerdasan, dan kepribadian) mendapat
pengaruh yang sama kuatnya baik dari faktor-faktor lingkungan maupun keturunan
(genetik).
Aspek
apa sajakah yang dipengaruhi faktor genetik? Menurut Santrok (1992), banyak
aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para ahli genetik menaruh minat yang
sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang variasi karakteristik yang
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan temperamen merupakan
aspek-aspek yang paling banyak ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi
oleh faktor keturunan (genetik).
a. Kecerdasan
Arthur
Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan
(diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai
peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan beberapa penelitian
tentang kecerdasan, di antaranya ada yang membandingkan tentang anak kembar
yang berasal dari satu telur (identical twins) dan yang dari dua
telur (fraternal twins). Identical twins memiliki genetik yang identik,
karena itu kecerdasan (IQ) seharusnya sama. Fraternal twins pada
anak sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ-nya pun tidak sama. Menurut
Jensen bila pengaruh lingkungan lebih penting pada identical twins yang
dibesarkan pada dua lingkungan yang berbeda, seharusnya
menunjukkan IQ yang berbeda pula. Kajian terhadap hasil penelitian menunjukkan
bahwa identical twins yang
dibesarkan pada dua lingkungan yang berbeda korelasi rata-rata IQ-nya 82. Dua
saudara sekandung yang dipelihara pada dua lingkungan yang berbeda korelasi
rata-rata IQ-nya 50.
Banyak
ahli-ahli yang mengkritik Jensen. Salah seorang di antaranya mengkritik tentang
definisi kecerdasan itu sendiri. Menurut Jensen IQ yang diukur dengan tes
kecerdasan yang baku merupakan indikator kecerdasan yang baik. Kritik dari ahli
lain ialah bahwa tes IQ hanya menyentuh sebagian kecil saja dari kecerdasan.
Cara individu memecahkan masalah sehari-hari, penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan kerja dan lingkungan sosial, merupakan aspek-aspek kecerdasan yang
penting dan tidak terukur oleh tes kecerdasan baku yang digunakan oleh Jensen.
Kritik kedua menyatakan bahwa kebanyakan penelitian tentang keturunan dan
lingkungan tidak mencakup lingkungan-lingkungan yang berbeda secara radikal.
Karena itu tidaklah mengherankan bahwa studi tentang genetik menunjukkan bahwa
lingkungan mempunyai pengaruh yang lemah terhadap kecerdasan.
Menurut
Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen. Kecerdasan
memang dipengaruhi oleh keturunan tetapi kebanyakan ahli perkembangan
menyatakan bahwa pengaruh itu berkisar sekitar 50 persen.
b. Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespon.
Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi
sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki, dan mulutnya dengan keras,
sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat
pada waktu yang lama, dan sebagian lagi tidak demikian. Sebagian bayi merespon
orang lain dengan hangat, sebagian lagi pasif dan acuh tidak acuh. Gaya-gaya
perilaku tersebut di atas menunjukkan temperamen seseorang.
Menurut
Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit,
dan lambat untuk dibangkitkan.
1) Anak
yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat
membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula menyesuaikan diri
dengan pengalaman baru.
2) Anak
yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis dan
lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
3)
Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah,
kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau
pengalaman baru.
Beberapa
ahli perkembangan, termasuk Chess dan Thomas, berpendapat bahwa temperamen
adalah karakteristik bayi yang baru lahir dan akan dibentuk dan dimodifikasi
oleh pengalaman-pengalaman anak pada masa-masa berikutnya. Para peneliti
menemukan bahwa indeks pengaruh lingkungan terhadap temperamen sebesar 50
sampai 60 menunjukkan lemahnya pengaruh tersebut. Kekuatan pengaruh ini
biasanya menurun saat anak itu tumbuh menjadi lebih besar. Menetap atau
konsisten tidaknya temperamen bergantung kepada "kesesuaian" hubungan
antara anak dengan orang tuanya. Orang tua mempengaruhi anak, tetapi anak pun
mempengaruhi orang tua. Orang tua dapat menjauh dari anaknya yang sulit, atau
mereka dapat menegur dan menghukumnya, hal ini akan menjadikan anak yang sulit
menjadi lebih sulit lagi. Orang tua yang luwes dapat memberi pengaruh yang
menenangkan terhadap anak yang sulit atau akan tetap menunjukkan kasih sayang
walau anak menjauh atau berkeras kepala.
Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa keturunan mempengaruhi temperamen. Tingkat
pengaruh ini bergantung pada respon orang tua terhadap anak-anaknya dengan
pengalaman-pengalaman masa kecil yang ditemui dalam lingkungan.
c. Interaksi keturunan,
lingkungan, dan perkembangan
Keturunan
dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan individu
dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas. Bila
seorang gadis cantik dan cerdas terpilih menjadi ketua OSIS, apakah kita akan berkesimpulan
bahwa keberhasilannya itu hanya karena lingkungan atau hanya karena
keturunannya? Tentu saja karena keduanya. Karena pengaruh lingkungan bergantung
kepada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya
terdapat interaksi.
Pengaruh
genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal perkembangan anak dan berlanjut
terus sampai dewasa. Kita ketahui pula bahwa dengan dibesarkan pada keluarga
yang sama dapat terjadi perbedaan kecerdasan secara individual dengan variasi
yang kecil pada kepribadian dan minat. Salah satu alasan terjadinya hal itu
ialah mungkin karena keluarga mempunyai penekanan yang sama kepada anak-anaknya
berkenaan dengan perkembangan kecerdasan yaitu dengan mendorong anak mencapai
tingkat tertinggi. Mereka tidak mengarahkan anak ke arah minat dan kepribadian
yang sama. Kebanyakan orang tua menghendaki anaknya untuk mencapai tingkat
kecerdasan di atas rata-rata.
Apakah
yang perlu diketahui tentang interaksi antara keturunan dengan lingkungan dalam
perkembangan? Kita perlu mengetahui lebih banyak tentang interaksi tersebut
dalam perkembangan yang berlangsung normal. Misalnya, apakah arti perbedaan IQ
antara dua orang sebesar 95 dan 125? Untuk dapat menjawabnya diperlukan
informasi tentang pengaruh-pengaruh budaya dan genetik. Kita pun perlu
mengetahui pengaruh keturunan terhadap seluruh siklus kehidupan. Contoh lain
pubertas dan menopause bukanlah semata-mata hasil lingkungan, walaupun pubertas
dan menopause dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti nutrisi, berat,
obat-obatan dan kesehatan, evolusi dasar dan program genetik. Pengaruh
keturunan pada pubertas dan menopause tidak dapat diabaikan.
D. FASE-FASE
PERKEMBANGAN
Setiap
orang berkembang dengan karakteristik tersendiri. Hampir sepanjang waktu
perhatian kita tertuju pada keunikan masing-masing. Sebagian manusia,
berkembang melalui tahap-tahap yang umum. Misalnya mulai belajar berjalan pada
usia satu tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada masa kanak-kanak dan
belajar mandiri pada usia remaja.
Sebagaimana
pengertian di atas dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu
kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses, yaitu proses
biologis, proses kognitif, dan proses sosial.
Proses-proses
biologis meliputi perubahan-perubahan fisik individu. Gen yang diwarisi dari
orang tua, perkembangan otak, penambahan tinggi dan berat, keterampilan
motorik, dan perubahan-perubahan hormon pada masa puber mencerminkan peranan
proses-proses biologis dalam perkembangan.
Proses
kognitif meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada individu mengenai
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa. Mengamati gerakan mainan bayi yang
digantung, menghubungkan dua kata menjadi kalimat, menghafal puisi dan
memecahkan soal-soal matematik, mencerminkan peranan proses-proses kognitif
dalam perkembangan anak.
Proses-proses
sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan
orang lain, perubahan-perubahan dalam emosi dan perubahan-perubahan dalam
kepribadian. Senyuman bayi sebagai respon terhadap sentuhan ibunya, sikap
agresif anak laki-laki terhadap teman mainnya, kewaspadaan seorang gadis
terhadap lingkungannya mencerminkan peranan proses sosial dalam perkembangan
anak.
Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari proses-proses
biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada perkembangan
manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya.
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan
pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam
kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir, dan fase remaja.
Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran waktu
suatu fase itu dimulai dan berakhir.
1. Fase
pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara
masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar
biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan
kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu lebih kurang sembilan bulan.
2. Fase
bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai
18 atau 24 bulan. Masa ini adalah masa yang sangat bergantung kepada orang tua.
Banyak kegiatan-kegiatan psikologis yang baru dimulai misalnya; bahasa,
koordinasi sensori motor dan sosialisasi. Di samping itu bayi dilatih pula
untuk mengetahui waktu dan tempat untuk buang air besar dan buang air kecil
dengan istilah “toilet training”. Adapun caranya ialah dengan melatih
mereka untuk buang air kecil sebelum tidur dan buang air kecil pula segera
setelah bangun. Hal ini akan menghindari anak “mengompol”.
3. Fase
kanak-kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak
akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra
sekolah. Selama fase ini mereka belajar melakukan sendiri banyak hal dan
berkembang keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kesiapan untuk
bersekolah dan memanfaatkan waktu selama beberapa jam untuk bermain sendiri
ataupun dengan temannya. Pada fase ini kanak-kanak berusaha pula berlatih untuk
terampil berbicara, sehingga akan didapati mereka melakukan monolog atau
berbicara sendiri yang seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain. Memasuki
kelas satu sekolah dasar menandai berakhirnya fase ini.
4. Fase
kanak-kanak tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung
sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar.
Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung. Secara formal mereka mulai memasuki dunia yang lebih luas dengan
budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan
pengendalian diri sendiri bertambah pula.
5. Fase remaja adalah masa perkembangan yang
merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang
dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai
22 tahun. Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat cepat,
perubahan perbandingan ukuran bagian-bagian badan, berkembangnya karakteristik
seksual seperti membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tertentu,
dan perubahan suara. Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan
pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak, dan idealis.
Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarga. Awal masa remaja pada
anak laki-laki dimulai dengan “mimpi” yang dalam kehidupan nyata ditandai
dengan ngompol.
Pada saat ini para ahli perkembangan tidak lagi berpendapat bahwa
perubahan-perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa
perkembangan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat.
Keterjalinan proses-proses biologis, kognitif, dan sosial
menghasilkan fase-fase perkembangan, seperti tampak pada gambar berikut:
Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligus seorang pendidik, Erik H.
Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dari
tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu kemudian
diterbitkan sebagai bukunya yang pertama dengan judul Childhood and Society.
Dikemukakannya pula bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri
atas delapan tahap.
1. Trust vs Mistrust/Kepercayaan
dasar (0;0 - 1;0)
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi
waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu
dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh
perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya
yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan
nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap, tidak memadai
sebagaimana mestinya, serta terkandung di dalamnya sikap-sikap menolak, akan
tumbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidakpercayaan yang mendasar
terhadap dunia sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya. Perasaan
ini akan terus terbawa pada tingkat-tingkat perkembangan berikutnya.
2. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi
(1;0 - 3;0)
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi
autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak.
Pada masa ini anak bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka,
menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga
dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Orang tua
sebaiknya menyadari bahwa anak butuh melakukan sendiri hal-hal yang sesuai
dengan kemampuannya menurut langkah dan waktunya sendiri. Anak kemudian akan
mengembangkan perasaannya bahwa ia dapat mengendalikan otot-ototnya,
dorongan-dorongannya, serta mengendalikan diri dan lingkungannya.
Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar
dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat
dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa
malu-malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela
hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang
berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri.
Jika anak meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang
lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akan mengalami kesulitan untuk
memperoleh autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya. Sebaliknya anak yang
dapat melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa
malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi
siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh
pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh peristiwa-peristiwa
di masa selanjutnya.
3. Initiatives vs Guilt/Inisiatif
(3;0 - 5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. Ia dapat mengendarai
sepeda roda tiga, dapat lari, memukul atau memotong. Inisiatif anak akan lebih
terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respon yang baik terhadap
keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris sendiri
dan bukan hanya bereaksi atau meniru anak-anak lain. Hal yang sama terjadi pada
kemampuan anak untuk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi. Dimensi sosial
pada tahap ini mempunyai dua ujung: inititive ïï guilt.
Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan
motoris serta mendapat jawaban yang memadai dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya
(intelectual inititive), maka inisiatifnya akan berkembang dengan pesat.
4. Industry
vs Inferiority/Produktivitas (6;0 - 11;00)
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan
yang ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah: sense of industry sense of
inferiority.
Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan
benda-benda yang praktis, dan mengerjakannya sampai selesai sehingga
menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan bila perlu
diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat
dikembangkan.
Pada usia sekolah dasar ini dunia anak bukan hanya lingkungan
rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman sekolah anak
mempengaruhi industry dan inferiority anak.
Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang kurang
memuaskan walaupun sifat industri dipupuk dan dikembangkan di rumah. Ini dapat
menimbulkan rasa inferiority (rasa
tidak mampu). Keseimbangan industry dan inferiority bukan
hanya bergantung kepada orang tuanya, tetapi dipengaruhi pula oleh orang-orang
dewasa lain yang dekat dan berhubungan dengan anak.
5. Identity vs Role Confusion/Identitas
(12;0 - 18;0)
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai
perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan
tubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami
perkembangan. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. Ia berpikir
pula apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Ia mulai mengerti tentang
keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya
dengan apa yang dialaminya sendiri.
Menurut Erikson pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul
adalah:
ego
identity SAMA DENGAN role confusion
Pada masa ini remaja harus dapat mengintegrasikan apa yang telah
dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota
pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan
kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang.
Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung
pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika
anak mencapai masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan
penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif,
memiliki sifat-sifat industri, maka kesempatannya kepada ego identiti sudah
berkembang.
6. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 - 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson
selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagi
rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak
bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak
terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan
terdapat apa yang disebut isolation,
yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagi rasa dan saling
memperhatikan.
7. Generavity vs Self
Absorption/Generasi
Berikut (25;0 - 45;0)
Generativity berarti
bahwa orang mulai memikirkan tentang orang lain di luar keluarganya
sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan
dunia tempat generasi itu hidup. Generativity ini
bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada
individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta
berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang
tidak berhasil mencapai generativity berarti
ia berada dalam keadaan self absorption dengan
hanya mencurahkan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan
pribadinya saja.
8. Integrity vs Despair/Integritas
(45;0 ...)
Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah
mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan
dengan cucu-cucu. Integrity timbul
dari kemampuan individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan
kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di
mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali
kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta
disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan
afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan
tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara
positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap
ketiga, yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga
orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh
peserta didiknya pada berbagai aspek tingkat kelas perlu memahami dan menyadari
sikap, kebutuhan, dan perkembangan mereka.
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai
dengan perkembangan umurnya. Maka pembelajaran harus direncanakan sedemikian
rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik. Piaget mengemukakan proses
perkembangan anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui
empat tahap perkembangan, yakni:
a. Tahap sensori motor (0;0 -
2;0)
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup
gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai
kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya
dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan
antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
b. Tahap praoperasional (2;0 -
7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang
dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya.
Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan analisis
rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang
diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka
pesawat terbang adalah benda kecil yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah
yang nampak pada mereka saat mereka menengadah dan melihatnya terbang di
angkasa.
c Tahap
operasional konkret (7;0 - 11;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat
berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap
ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas
sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak
sering kali menjadi frustrasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu
kata dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia
jawabannya.
d. Tahap operasional formal
(11; - 15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan
cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak
maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan buah
pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara
realistis.
Sebelum menekuni tugasnya membimbing dan mengajar, guru atau calon guru
sebaiknya memahami teori Piaget atau ahli lainnya tentang pola-pola
perkembangan kecerdasan peserta didik. Dengan demikian mereka memiliki landasan
untuk mengembangkan harapan-harapan yang realistik mengenai perilaku peserta
didiknya.
Tugas perkembangan menurut Robert J. Harvighust adalah
sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta
memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan
kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan untuk tugas
perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak:
1) belajar
berjalan;
2) belajar
makan makanan padat;
3) belajar
mengendalikan gerakan badan;
4) mempelajari peran yang sesuai dengan jenis
kelaminnya;
5) memperoleh stabilitas fisiologis;
6) membentuk
konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik:
7) belajar
menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak, adik, dan orang
lain;
8) belajar membedakan yang benar dan salah.
Tugas perkembangan masa anak:
1) mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu;
2) membentuk
sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh;
3) belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya;
4) mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin;
5) membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis,
dan berhitung;
6) mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari;
7) membentuk kata hati, moralitas, dan nilai-nilai;
8) memperoleh kebebasan diri;
9) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok
dan lembaga sosial.
Tugas perkembangan masa remaja:
1) memperoleh
hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis
kelamin;
2) memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin
individu;
3) menerima fisik diri dan menggunakan badan secara
efektif;
4) memperoleh
kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua dan orang dewasa
lainnya;
5) melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan;
6) memperoleh
kebebasan ekonomi;
7) persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga;
8) mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara
yang baik;
9) memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat
dipertanggung jawabkan secara sosial;
10) memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.
Tugas perkembangan masa dewasa awal:
1) memilih pasangan
hidup;
2) belajar hidup dengan
suami atau istri;
3) memulai kehidupan
berkeluarga;
4) membimbing dan merawat
anak;
5) mengolah rumah tangga;
6) memulai suatu jabatan;
7) menerima tanggung
jawab sebagai warga negara;
8) menemukan kelompok sosial yang cocok
dan menarik
Tugas-tugas perkembangan masa setengah baya:
1) memperoleh
tanggung jawab sosial dan warga negara;
2) membangun
dan mempertahankan standar ekonomi;
3) membantu
anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia;
4) membina
kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa;
5) membina
hubungan dengan pasangan hidup sebagai pribadi;
6) menerima
dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri;
7) menyesuaikan
diri dengan pertambahan umur.
Tugas-tugas perkembangan orang tua:
1) menyesuaikan
diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik;
2) menyesuaikan
diri terhadap masa pensiun dan menurunnya pendapatan;
3) menyesuaikan
diri terhadap meninggalnya suami/istri;
4) menjalin
hubungan dengan perkumpulan manusia usia lanjut;
5) memenuhi
kewajiban sosial dan sebagai warga negara;
6) membangun
kehidupan fisik yang memuaskan.
Menurut Harvighust setiap tahap perkembangan individu harus
sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, serta
emosional, moral dan sosial.
Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting
bagi pendidik. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan
dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui
sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan
tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman
waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai
kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan
tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu
yang bersangkutan (the teachable moment)
telah tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pembelajaran yang
optimal dapat dicapai.
REFERENSI
Jensen, A.R. (1969). How much can we boost IQ and
shcolastic achievement? New York: Press. Portland Oregon.
Santrok, J.W., and Yussen, S,R. (1992). Wm, C, Brown Pub. Dubuque.
Thomas, A., & Chess, S. (1991). Temperament in Adolescence an
Its Functional.
Vasta, Ross (1992). Child Psychology. The Modern
Science. New York. John Willey & Sons. Inc.
.........................................
SEMOGA BERMANFAAT .......................................