Rabu, 25 Desember 2019

Tugas PPD Materi 12 Bina Keluarga Tugas Mandiri

TUGAS MAHASISWA
MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MATERI BINA KELUARGA
OBSERVASI KELUARGA


Tugas mandiri, di ketik, kirim file ke ketua kelas dijadikan 1 folder, dan printout dikumpulkan pada waktu UAS.
1. Tulislah pengertian dari
a. Bina Keluarga Balita
b. Bina keluarga remaja
2. Observasi keluarga masing-masing
a. Identitas keluarga
nama dan umur ayah:
nama dan umur ibu:
nama dan umur anak-anaknya:
alamat rumah:
b. Tulislah 5 pola asuh positif dan negatif beserta fotonya dan berikan penjelasan
c. Sebutkan 5 kendala yang dilami dalam pola asuh anak.
d. Sebutkan 5 solusi yang dilakukan pada kendala yang dialami dalam pola asuh anak

Materi LP 9 Kurikulum dan Pengajaran


MAKALAH KURIKULUM DAN PENGAJARAN TERBARU LENGKAP
KURIKULUM DAN PENGAJARAN


Kurikulum dan pembelajaran dua hal yang saling berkaitan dan harus dipahami betul oleh guru agar dapat menyajikan pembelajaran dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa. Jadi pada hakikatnya setiap kurikulum yang formal yang dikeluarkan oleh pemerintah hanya dapat direalisasikan berkat usaha guru. Walaupun kurikulum dikatakan “uniform”pelaksanaannya harus selalu melalui pribadi guru,jadi mengandung perbedaan individual. Selain itu guru juga dapat berusaha menyesuaikan kurikulum itu dengan perkembangan psikologis tiap siswa,atau dengan keadaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Bahkan ada kesempatan untuk memberikan “muatan lokal” kepada kurikulum.
Tanpa persiapan, guru tidak tahu dengan jelas akan kemana siswa harus dibimbing,tujuan apa yang harus dicapai,perubahan kelakuan apa yang harus dibangkitkan,hingga manakah tujuan pelajaran telah tercapai,kesulitan apa yang dihadapi,kelemahan apa yang harus diperbaiki demi peningkatan mutu. Mutu pendidikan bergantung pada mutu guru,dan mutu guru turut ditentukan oleh pemahamannya tentang seluk-beluk kurikulum.
Untuk lebih jelasnya mengenai kurikulum dan pengajaran terdapat pada uraian berikut ini :
A.     KONSEP-KONSEP DASAR KURIKULUM DAN PENGAJARAN
1.      Pengertian Kurikulum
Menurut La-zimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Kurikulum formal meliputi : Tujuan pembelajaran,umum dan spesifik, Bahan pelajaran yang tersusun sistematis,  Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya,  Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri dari kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu.yang termasuk didalamnya: pertunjukan sandiwara,pertandingan antar kelas/ antar sekolah,perkumpulan berbagai hobi,pramuka,dan lain-lain.
2.      Proses pengembangan kurikulum
Terdapat dua proses utama,yakni pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional. Pedoman kurikulum meliputi:
a.       Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan,populasi yang menjadi sasaran,rasional,struktur organisasi pelajaran.
b.      Silabus yang berisi matapelajaran secara lebih terinci yakni scope(ruang lingkup) dan sequenc-nya(urutan penyajiannya).
c.       Desain evaluasi termasuk strategi revisi atau berbaikan kurikulum mengenai bahan pelajaran dan organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.
Pedoman instruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus.
3.      Langkah-langkah dalam pengembangan pedoman kurikulum
  a.       Kumpulkan keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya.
   b.       Tentukan mata pelajaran atau mata kuliah yang akan diajarkan
   c.        Rumuskan tujuan tiap mata pelajaran
   d.       Tentukan hasil belajar yang diharapkan dari siswa dalam tiap matapelajaran
   e.       Tentukan topik-topik tiap matapelajaran
4.      Mutu Pendidikan
Pendekatan pengembangan kurikulum dengan menyusun pedoman kurikulum dan pedoman instruksional bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah dan universitas dengan meningkatkan efektivitas mengajar.
5.      Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,  pendidik mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pengajaran atau sekarang lebih dikenal dengan istilah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diwujudkan dalam bentuk  interaksi  antara pendidik dengan peserta didik. Peserta didik memiliki tugas pokok belajar yakni berusaha memperoleh perubahan perilaku atau pencapaian kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajarnya yang diperoleh dalam  berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, pendidik berupaya “menyampaikan” sejumlah isi dan bahan pembelajaran kepada peserta didik melalui proses atau cara tertentu, serta melaksanakan evaluasi untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum. Dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan.
6.      Hubungan Kurikulum dengan Teori Pendidikan
Telah dikemukan di atas bahwa rumusan kurikulum dapat diklasifikasikan dalam dua pandangan, yakni pandangan tradisional (klasik)  dan pandangan modern. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya  pergeseran dalam teori-teori pendidikan.
Kurikulum memang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan  teori pendidikan tertentu.
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan empat jenis hubungan kurikulum dengan teori pendidikan, yaitu :
    a.       Pendidikan klasik (classical education), yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi  diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
   b.       Pendidikan pribadi (personalized education). Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi  tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator  dan pelayan peserta didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey - memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Isi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik  lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,-- memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.  
   c.        Teknologi pendidikan, yakni suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan  pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang  yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director  of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
   d.       Pendidikan interaksional, yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama  dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan.
B.      DETERMINAN KURIKULUM
1.      Landasan Filosofis
Filsafat  memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme,  dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak   pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan  dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan  pada  kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat  pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme  menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu  sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami  dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan :  bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses.  Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.  Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan  untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini  menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum,  penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
2.      Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua  bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,  yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.   Psikologi belajar  merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum. 
Sementara itu, berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“. 
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang  5 tipe kompetensi, yaitu :               
   a.       motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
   b.       bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.   
    c.        konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;                   
   d.       pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan       
   e.       keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif  lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
3.      Landasan Sosial-Budaya-IPTEK
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan   pelaksanaan  dan hasil pendidikan. Kita maklum bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal  dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.  Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan  yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat.   Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat  untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi  yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang  
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang  tidak  mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo  berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Berkenaan dengan pengembangan Kurikulum 2004, Ella Yulaelawati memaparkan kondisi-kondisi sosiologis yang terjadi saat ini. Dikemukakan, bahwa kurikulum perlu merespons terhadap perubahan yang terjadi dalam interaksi masyarakat lokal  dan masyarakat global.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. 
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Kurikulum  juga perlu memuat isu-isu global, seperti : demokrasi, hak dan kewajiban manusia, isu lingkungan, dan peningkatan konsensus terhadap nilai-nilai lokal dan universal.
4.      Falsafah lembaga Pendidikan
Kita diindonesisa memiliki falsafah nasional yang tegas,pancasila yang berfungsi sebagai pegangan bagi lembaga pendidikan untuk pengembangan falsafah atau pandangan masing-masing sesuai dengan missi dan tujuan nasional serta nilai-nilai masyarakat yang dilayaninya.
5.      Falsafah pengajar/guru
Tiap guru harus mempunyai gambaran yang jelas mengenai falsafah lembaga pendidikan tempat ia bekerja. Sebaiknya falsafah guru sendiri konsisten dengan falsafah sekolah agar dapat membimbing siswa ke arah tujuan pendidikan seperti dirumuskan dalam kurikulum.
6.      Dua dimensi yang saling berkaitan dari determinan psikologis :
Teori belajar, Hakikat pelajar secara individual antara lain berkenaan dengan taraf :
    a.       Motivasi
    b.      Kesiapan
    c.       Kematangan intelektual
    d.      Kematangan emosional
    e.       Latar belakang pengalaman
f.        Teori-teori belajar utama
Pada pokoknya terdapat lima kelompok teori belajar utama,yakni :
    a.       Behaviorisme
    b.       Psikologi daya
    c.        Perkembangan kognitif
    d.       Teori lapangan (teori gestalt)
    e.       Teori kepribadian
C.     PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.      Pendekatan bidang studi
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum,misalnya matematika,sains,sejarah,geografi,atau IPA,IPS,dan sebagainya.
2.      Pendekatan interdisipliner
Dalam pelajaran telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti geografi (lokasi rumah),ekonomi (biaya rumah tangga),matematika (pengeluaran setiap pagi untuk membeli sayur,dan sebagainya).
3.      Pendekatan rekonstruksionisme
Pendekatan ini disebut juga rekonstruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat,seperti polusi,ledakan penduduk,kemiskinan,malapetaka akibat kemajuan teknologi,perang dan damai,keadilan sosial,hak asasi manusia,dan lain-lain.
Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan (agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam proses perbaikan masyarakat.
4.      Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi “student-center”. Dan mengutakan perkembangan afektif siswa sebagai persyaratan dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin,bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum,agar belajar itu memberi hasil maksimal.Pendekatan pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanistik adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog; pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri; sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tangung jawab, melainkan sekedar membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.
Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship). Dalam mendidik seseorang kita hendaknya mampu menerima diri sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling). Mendidik tidak sekedar menransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik dapat menumbuhkembangkan dirinya secara optimal.
5.      Pendekatan accountability
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidik-an tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.
6.      Pendekatan pembangunan nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur:
a.       Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga kategori: Warganegara yang apatis, Warganegara yang pasif, Warganegara yang aktif
b.      Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan diduduki.
c.       Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu: Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara. Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat. Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum. Keterampilan sebagai warganegara yang baik
D.     TUJUAN PENGAJARAN
Bila misalnya tujuan ialah “membantu siwa mengembangkan sikap positif terhadap kesegaran dan kesehatan jasmani” maka maksudnya ialah agar siswa didorong untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kesehatannya.
Tujuan pendidikan,demikian pula tujuan matapelajaran lazim dirumuskan dari tiga aspek,yakni aspek kognitif,afektif,dan psikomotor.
1.      Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan instruksional umum dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan komponen dari tujuan umum matakuliah atau bidang studi.
2.      Ranah belajar kognitif
Ranah ini mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah: pengetahuan dasar (fakta,peristiwa,informasi,istilah) sampai yang paling tinggi: evaluasi (pandangan yang didasarkan atas pengetahuan dan pemikiran) sehingga merupan suatu hierarki.
3.      Ranah belajar afektif
Dalam garis besarnya ranah afektif sebagai berikut:
    a.       Menerima (memperhatikan) ada kepekaan terhadap adanya kondisi,gejala,keadaan atau masalah tertentu.
    b.       Merespon. Memberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka.
    c.        Menghargai . memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang cukup konsisten.
   d.       Organisasi. Mengembangkan nilai-nilai sebagai suatu sistem,termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
    e.       Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai.
4.      Ranah belajar Psikomotor
Ranah ini kurang mendapat perhatian para pendidik dibandingkan dengan kedua ranah lainnya.
a.       Pandangan atas ketiga ranah
Bila kita tinjau secara horizontal, maka kita lihat adanya kesamaan pada tiap tingkatan,khususnya pada tingkat rendah dan paling tinggi. Misalnya pada tingkat rendah :
Kognitif            _          pengetahuan dasar        -           mengingat informasi  (S – R )
Afektif              -           nilai dasar                     -           pembentukan kebiasaan  (S – R)
Psikomotor       -           reaksi dasar                  -           respons terhadap stimulus  (S – R)
5.      Perumusan masalah
Ketiga ranah belajar harus diperhatikan dengan cermat dalam perumusan tujuan umum. Pendesai kurikulum harus merumuskan dengan jelas apakah yang diharapkan sebagai hasil belajar siswa,apakah tujuan pelajaran.atau memupuk pengertian dan penghargaan atas keanekaragaman geografis tanah air kita ini.
E.     STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR
1.      Strategi mengajar
Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan belajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau persiapan satuan pelajaran.
Tiap strategi mengajar mempunyai sejumlah kebaikan akan tetapi disamping itu ada pula kelemahan masing-masing.
2.      Sumber mengajar
Sumber mengajar sudah harus diusahakan pada pedoman kurikulum. Pada taraf ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin tenaga pengajar untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber mengajar yang diperlukan. Sumber-sumber mengajar biasanya banyak memerlukan waktu untuk mngembangkannya oleh sebab itu sebaiknya dikembangkab oleh team daripada oleh individu secara tersendiri. Sumber mengajar yang siap dibuat harus segera dicatat dalam katalog. Agar sistematis diberi kode tertentu. Sumber itu disimpan dilokasi yang sentral agar mudah digunakan oleh setiap pengajar.
F.     MEMDESAIN RENCANA EVALUASI KURIKULUM
1.      Tujuan evaluasi
Tujuan evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa ketercapaian tujuan pendidikan  yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan indikator kinerja yang akan dievaluasikan yang merupakan  efektivitas program.
Dalam sebuah evaluasi harus berpatokan pada kurikulum atau silabi dan dirancang secara jelas yaitu apa yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilai, dan interpretasi hasil penilaian.
Beberapa prinsip yang harus dipegang dalam suatu pelaksanaan evaluasi pendidikan:
    a.       Keterpaduan.
Evaluasi tersebut harus memegang pada prinsip-prinsip  keterpaduan atau keselarasan. Dimana ada kesesuaian antara tujuan intruksional pengajaran tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran.
    b.      Keterlibatan peserta didik
Dalam sebuah prinsip  evaluasi harus memperhatikan keterlibatan peserta didik merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif dan seluruhnya mempunyai keterkaitan yang erat.
    c.       Koherens
Suatu evaluasi pendidikan harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur. Dan keselarasan peseta didik dengan pembelajaran harus sesuai.
    d.      Pedagogis
Pedagogis adalah seni dalam mengajar. Prinsip evaluasi pendidikan yang ketujuah adalah perlu adanya alat penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa atau peserta didik.
    e.       Akuntabel
Sudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.
2.      Proses dan metodologi penilaian
Berbagai model desain kurikulum memerlukan berbagai cara evaluasi yang berbedah pula. Salah satu contoh model yang sering digunakan adalah desain tujuan. Evaluasi ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
Pelaksanaan evaluasi internal ­à Rancangan revisi à Pendapat ahli à Komentar yang dapat dipercaya à Model kurikulum.
Dalam program evaluasi ini masih terdapat perbedaan pendapat tentang apakah ahli yang melaksanakan kurikulum harus juga ahli dalam bidang ilmu tersebut.  Banyak peneliti yang berpendapat bahwa jika ahli tersebut mempunyai kekurangan dalam teknik evaluasi kurikulum, mungkin akan dihasilkan hal-hal yang bias. Meskipun demikian, ada pula ahli yang mengemukakan empat langkah evaluasi kurikulum yang berfokus  pada tujuan, yaitu evaluasi awal, evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi jangka panjang.
Dari dua macam pendapat tadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika dikatagorikan secara personal, evaluasi ini berupa evaluasi internal dan eksternal. Apabila dikatagorikan secara sifat, terdapat dua macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Pada saat ini terdapat berbagai model evaluasi yang dapat dijadikan pegangan untuk mendesain proses dan metode penilaian kurikulum. Model mana yang digunakan bergantung pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya yang tersedia dan tingkat kecermatan dan kespesifikan yang diinginkan.
Kesimpulan
Kurikulum dan pembelajaran adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena pembelajaran dapat di laksanakan dengan cara menurunkan apa yang sudah ditetapkan dalam kuriukulum dari segi tujuan pembelajaran, penentuan bahan ajar, dalam kegiatan atau strategi belajar, dan juga dalam sitem evaluasi yang beberapa hal itu merupakan aspek yang dominan harus dijadikan acuan dalam pembelajran yang menjadikan mutu pendidikan yang sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Suatu pendidikan tidak terlepas dari semua komponen pendidikan yang satu dengan yang lainnya karena semua itu bagian suatu bagian system yang harus berjalan secara sistematis dan harmonis, seandainya satu bagian itu tidak ada mengakibatkan ketidak harmonisan yang dirasakan, tidak satu komponen lebih-lebih semua kompone-komponen pendidikan lainnya.
Begitu halnya dengan tujuan pendidikan yang dibahas pada makalah ini, dari sekian banyak pakar ilmu ataupun pemikir pendidikan yang memberikan pendapatnya tentang tujuan pendidikan seperti yang dijelaskan diatas semua itu bermuara pada pembentukan moral ataupun ahlak, budi pekerti kepada manusia lebih-lebih pada sang Pencipta Jagat Raya. Tetapi sangat sedikit siswa maupun seorang pendidik mempedulikan tujuan pendidikan nilai kepada Sang Maha Agung yakni Allah SWT.

Soal Latihan
      1.  Apa itu kurikulum formal dan tak formal?
    2. Ada empat jenis hubungan kurikulum dengan teori Pendidikan, sebutkan dan jelaskan secara singkat?
     3.   Apa yang anda ketahui tentang kurikulum dalam landasan psikologis, jelaskan?
     4. Apa yang anda ketahui dari pendekatan humanistic dalam pengembangan kurikulum?

     5.  Apa yang anda ketahui tentang mendesain rencana valuasi kurikulum, jelaskan?